Rabu, Desember 24, 2008

Tantri Saraswati...Where are You, friend?



Coba terka gambar-gambar ini digambar oleh siswa kelas berapa? SD, SMP, SMA atau sudah kuliah? Jawabannya yang benar adalah anak SD kelas 3-4. Ini gambar dari seorang sahabatku di waktu SD namanya Tantri Saraswati. Anaknya tinggi besar, cantik dan dulu papanya kerja di Merpati Airlines tinggal di jalan Dg.Tompo 25 Makassar. Tapi bertahun-tahun sudah aku kehilangan kontak dengannya....
“Tan, aku punya teman, namanya Damping.”Kataku suatu waktu pada Tantri.”Dia anak seorang diplomat.Jadi tempat tinggalnya pindah-pindah terus dari satu negara ke negara lain mengikuti papanya. Yang adalah diplomat. "
‘Oya? Tantri jakjub sekali mendengar ceritaku
“Artinya sudah banyak negara yang dia datangi, tinggali dan lihat? Tanya tantri lagi.
“Betul sekali Tan.Bertahun-tahun dia mengikuti papanya sekolah di luar negeri. Mempelajari banyak bahasa, budaya dan suku adat isti adat. Dan hinga dewasa iapun menikah dengan orang Amerika dan dikaruniakan 2 orang anak yang lucu-lucu. Dan mereka hidup bahagia."

Itulah cerita dongeng dan hanya khayalan atau lebih pas disebut fiksi yang kukurang sewaktu duduk di kelas 3 SD. Dongeng itu hanya kuceritakan pada sahabatku Tantri Saraswati, Dia sangat menyukai bahkan sampai menjiwai cerita itu dengan menuangkannya menjadi gambar. Itulah gambar-gambar di atas tadi. Sebagai anak yang pandai menggambar Tantri berhasil menuangkan semua daya hayalku tentang sosok Damping anak diplomat dalam sebuah gambar Inilah gambar-gambarnya yang masih kusimpan selama 29 tahun karena digambar sekitar tahun 1979-1980. Dulu kami pernah mempunyai buku khusus tentang Damping. Aku menulis ceritanya, Tantri yang menggambarnya sesuai cerita yang kukarang. Sayang buku cerita itu amblas termakan rayap, yang tersisa dan yang bisa diselamatkan beberapa lembar.
Saat kutemukna kembali gambar-gambar ini kenangan terhadap tokoh Damping dan ‘orang yang menggambarnya’ kembali menguak. Sudah beberapa tahun ini aku terus mencari Tantri, partnerku itu tapi hingga sekarang belum menemukan dimana rimbanya. Kubrosing lewat internet situs pertemanan tapi tidak pernah kutemukan sahabatku itu (mungkin bagus minta tolong sama tim termehek-mehek-nya Trans TV kali???).Kami berpisah sekitar tahun 80 waktu itu dia pindah ke jakarta karena orangtuannya pindah tugas, Perpisahannya pun diadakan dibambuden III dengan minum es krim ‘remaja bercinta’ bersama beberapa teman dekat lainnya. Kami masih saling benulis surat hingga tahun 1984. Setelah itu aku kehilangan jejak dia. Btw...aku berharap suatu saat bisa bertemu dengan dia...semoga.
To my best friend....Tantri Saraswaty.....at somewhere.

Jumat, November 14, 2008

Persahabatan Bagai Kepompong?


Persahabatan bagai kepompong…
Yang merubah ulat menjadi kupu-kupu...

Mendengar bait lagu ini saya jadi inget waktu SMP, ada teman sebangkuku yang bernama Nho’ begitu sih dia biasa dipanggil. Sebenarnya namanya Rismayanti. Dia itu pernah marah sekali padaku gara-gara kuikuti gerakan-gerakan tubuh dan wajahnya yang tanpa sengaja dan sadar dia lakukan pada saat di suruh guru untuk maju di depan kelas. Saya gak nyangka tiruan gaya yang kuperagakan itu membuatnya murka dan langsung tak mau bicara padaku....duh...sampe segitunya...!


Meski aku berkali-kali minta maaf, tapi dia keburu sakit hati. Wah sedihnya kurasa. Mana duduknya sebangku lagi. Jadinya ribet, risih, gak enak....parah sekali. Belum lagi kalo tanganku atau tasku atau barang-barangku menyetuh perbatasan mejanya, wih..dia langsung marah dan langsung meniup-niup tangannya jika sempat bersentuhan denganku. Hampir setahun Nho’ mengacukanku, mendiamiku bahkan memusuhiku..Aku sampe kehabisan kata untuk memperbaiki persahabatan ini. Akhirnya capek juga aku dan kubiarkan hubungan persahabatan kita ‘mati suri’. Naik kelas 2 SMP, kami pisah kelas. Untung bagiku karena bebas dari musuhku itu alias tidak sebangku lagi dengan si ‘gunung es’. Tapi sedih juga bagiku karena Nho tidak kunjung memaafkanku. Sampai kelas 3 SMP, perang dingin masih saja berlangsung. Pernah sekali waktu aku bepapasan dengan dia di sebuah warung dekat rumah kami (kebetulan rumahku dengan rumahnya berdekatan. Aku sudah memasang senyumku yang termanis...ternyata dia membuang muka...duh kekinya aku.Nhoo’ ...Nho’....sampe kapan kau menghukumku?

Setamat SMP aku diterima di SMU negeri 1, sekolah yang bergengsi di kotaku. Ternyata tanpa dinyana ‘musuh' bebuyutanku itu masuk juga di sekolah yang sama. Alamak...semoga gak sekelas atau bahkan satu tempat duduk. Jangan sampe..Tidak...!!!! Aku ikut masuk pramuka...eh..si Nho’ juga..kami memang punya hobby dan kegemaran yang hampir sama. Di pramuka itulah perlahan-lahan 'gunung es' itu mulai mencair seiring seringnya kami ikut perkemahan. Apalagi dalam pramuka kami satu sangga (kelompok), mau tidak mau aku dan dia harus..’berbicara’...hingga satu waktu...akupun membernikan diri bertanya.
“Nho, kenapa sih lama sekali kamu memusuhiku?Padahal waktu itu aku cuma main-main. Kamu tanggapi serius...sampe 3 tahun lebih????”
“Aku marah tha. Marah sekali kau meniru-niru gerakanku. Tapi ternyata...marah itu capek ya?”Jawab Nho...
“Hahahaha” Aku tertawa...”Makanya jangan kelamaan marahnya...hahah!”
Sejak itu hubunganku dengan Nho membaik bahkan lebih baik dari sebelum kami bermusuhan. Hari-hari kami selama 3 tahun di SMA meski tidak sekelas tapi selalu kami isi dengan persahabatan yang sangat bermutu... Sepertinya kami menebus masa 3 tahun gunung es itu membeku dimasa lalu.
“ Carie..carrie....”kami sering menyanyikan lagunya Jon Bon Jovi itu bersama sambil tidur di bawa langit memandang bintang-bintang saat kami berbaring disamping kemah jika berkemah pramuka. Sungguh persahabatan yang indah bersama Nho.

Kini meski kami telah lama berpisah dan dipisahkan oleh waktu dan tempat, kenangan persahabatan itu masih terus ku ingat. Persahabatan yang manis... mungkin inilah yang disebut merubah ulat yang bentuknya jelek...jijik...dan tak bisa bikin apa-apa menjadi kupu-kupu...yang bentuknya indah dan bisa terbang kesana kemari....

Buat Sahabatku dr. Rismayanti ‘Nho’ dimanapun berada. Miss U Sis....!


Sabtu, Oktober 18, 2008

Jempol Buat Laskar Pelangi

Sabtu, 18 Oktober, saya, Cen dan Nunu nonton film Laskar Pelangi di Studio 21. Moment ini ku pakai untuk refresing sekaligus janjiku buat Cen yang sudah selesai Mid Semester. Cukup lama juga kami bertiga menunggu pemutaran film ini, maklum kami terlalu cepat datang ke bioskop. Tapi tak mengapa, meski harus lama menunggu, toh kami pulang dengan hati puas. Sungguh film ini sarat nilai. Gak bakal ada yang keluar dari bioskop jika tak angkat jempol buat film yang novelnya ditulis Andrea Hirata ini. Hebat !

Laskar Pelangi, potret miris dunia pendidikan kita di tanah air. Anak-anak dari desa Gantong Belitung yang miskin namun mempunyai semangat belajar yang tinggi. Toh cita-cita itu terus dikejar mereka setinggi langit, seindah pelangi. Gambaran ini secuil kisah yang juga dialami anak-anak negeri dibelahan lain tanah air. Sungguh semoga semua orang usai menyaksikan film ini makin meninggi semangat juangnya untuk ikut membangun dunia pendidikan di tanah air. Buktinya sudah banyak novel-novel berikutnya yang diispirasikan dari Laskar Pelangi.Mh...semangatnya menular !

Laskar Pelangi, potret miris ketimpangan di dunia pendidikan tanah air. Sebagian anak-anak dengan latar belakang sosial yang tinggi, bisa mengecap pendidikan di sekolah-sekolah yang terpandang dan mahal. Segala fasilitas dan kualitas yang baik mereka peroleh. Sementara sebagian lagi, anak-anak miskin tidak bisa merasakan hal yang sama. Apalagi mereka yang hidup di tempat-tempat yang jauh dari kota. Mereka diperhadapkan dengan 2 dilema, bekerja di usia sekolah(baca : anak-anak), atau terpaksa mengenyam pendidikan disekolah yang 'apa adanya' dengan fasilitas 'apa adanya'. Meski sebenarnya anak-anak ini mampu untuk 'lebih' dari anak-anak yang sekolah di sekolah bermutu.

Laskar Pelangi, potret semangat berkarya sang 'pahlawan tanpa tanda jasa'. Sangat sedikit guru yang rela 'membuang diri' ke tempat-tempat yang terpencil, jauh dari tempat yang berkembang sekaligus dengan fasilitas dan mungkin gaji yang minim. Hanya sedikit yang setia menjadi 'Pak Cik dan Ibu Muslimah'. Kedua guru dalam film ini, merupakan tombak semangat guru yang patut di tiru. "Lebih banyaklah memberi,Sedikitlah menerima!" Kalimat-kalimat Pak Cik ini betul-betul menghujam hatiku...dan bertanya-tanya, apa kita sudah melakukan hal itu untuk sesama kita?Atau justru kita hanya banyak menerima ketimbang memberi...

Laskar Pelangi, potret semangat meraih cita-cita setinggi langit seindah pelangi. Jika ada semangat dari hati yang paling dalam, semngat untuk berjuang mencapainya, suatu saat semua akan terwujud. Dan Andrea Hirata sudah membuktikan hal itu.

Terima kasih buat penulis novel Laskar Pelangi, produser dan sutradara film ini juga semua pendukung dan pemain film. Sungguh banyak nilai yang bisa ku petik dari sini. Jarang sekali nonton film Indonesia yang menyentuh seperti ini. Trims untuk karya indahnya.

Gambar dari : http://images.google.co.id/images gbv=2&&hl=id&q=laskar+pelangi

Rabu, Oktober 08, 2008

Ngintip Tarsius Yuk !

Libur panjang Idul Fitri kali ini kita berkesempatan ke tempat penangkaran hewan langkah di Taman Penangkaran Hewan Aer Tembaga. Letaknya di kota Bitung, Minahasa Utara. Jalan menuju ke tempat ini menyajikan pemandangan yang sangat indah, karena taman ini berada persis dipinggir pantai. Di lokasi yang cukup tertata rapi ini ada sejumlah hewan langkah yang masih bertahan hidup di tanah Minahasa, Tarsius salah satunya. Kata orang, kalau sampai injak tanah Minahasa, sayang kalau tidak melihat hewan jenis primata ini. Sebenarnya hewan ini banyak hidup di Hutan Tangkoko, sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Bitung. Cukup jauh juga. Dan sesampainya di hutan itu belum tentu kita akan melihat hewan ini di siang hari. Karena mereka baru keluar dari sarangnya atau dapat terlihat pada malam hari, alias mirip-mirip batman or paniki or kelelawar yang memang suka keluar malam alias midnight... Makanya kalau tidak mau capek, and pasti langsung dapat melihatnya mending ke tempat penangkarannya saja. Yuk!

Tarsius adalah suatu jenis primata kecil Tarsius adalah suatu jenis primata kecil yang memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar (http://www.wikipedia.com/). Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.Yang paling istimewa dari

Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.

Tarsius adalah makhluk nonturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina.Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.

Hewan lain yang ada di taman penangkaran ini adalah beberapa jenis burung seperti Elang, Perkutut, Kakaktua, Burung Unta, Musang, Buaya, Ular, Yaki (Monyet), Babi Rusa, dll.

Selasa, September 02, 2008

Tayangan Televisi,Lawan Atau Kawan Bagi Anak-Anak Indonesia ?

Bangsa yang maju sangat ditentukan oleh generasi penerus bangsa itu sendiri. Dan generasi penerus itu adalah anak-anak. Namun anak-anak akan sampai ke tahap itu jika dari dini apa yang mereka dengar, lihat dan rasa, ikut memberi andil bagi perkembangan anak-anak. Nah apakah media penyiaran khususnya televisi di Indonesia sudah menjamin dan menjawab masalah ini?

Masa kanak-kanak adalah masa dimana anak-anak berada alam golongan golden age yang merupakan masa penentuan masa depan anak untuk menjadi generasi yang sukses. Pada masa inilah apa yang anak-anak dengar, lihat dan rasakan akan sangat menentukan untuk pencapaian anak ke tahap itu. Karena itu tayangan-tayangan di media televisi seharusnya dapat memberikan peran penting bagi anak apalagi penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton televisi pada anak-anak usia sekolah dasar berkisar antara 30-35 jam seminggu, ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja. Dalam setahun, jumlah jam menonton televise ini mencapai lebih dari 1.600 jam. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah dasar negeri selama setahun yang hanya sekitar 740 jam untuk kelas rendah. Ini berarti waktu mereka banyak tersita untuk tayangan-tayangan televisi.

Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu mereka untuk menonton televisi akan mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Wajar saja hal ini bisa terjadi karena waktu mereka lebih sedikit untuk berinteraksi dengan orang lain dan termasuk habis waktu untuk mengerjakan PR diberikan oleh sekolah. Anak-anak akan menjadi lebih pasif dan tidak memiliki perhatian yang penuh terhadap pelajaran di sekolah sehingga membuat anak-anak sulit berkonsentrasi dan tidak berusaha keras untuk memecahkan masalah. Sementara hanya sedikit acara-acara televisi yang mengajarkan hal-hal penting seperti berhitung, membaca, ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah.

Dari sebuah survey yang dilakukan Metro TV terhadap 100 anak belum lama ini hasilnya menunjukkan bahwa 65 % menjawab sangat menyukai menonton acara Idola Cilik di RCTI. 30 % menjawab suka menonton Naruto (Global TV) dan 5 % menjawab si Entong (TPI). Aalasan mereka menonton idola cilik karena dianggap acara tersebut seru, lagu-lagunya trend, suara sang idola bagus-bagus dan anak-anak terpacu untuk bisa bernyanyi seperti idolanya. Sedangkan alasan mereka menyukai menonton Naruto karena mereka menilai cukup seru dengan adegan laganya. Disamping itu sosok Naruto dinilai lucu dan menggemaskan sehingga membuat anak-anak senang dan terhibur. Sedangkan film si Entong dinilai lucu. Menanggapi hal ini pengamat media, Arswendo Atmowiloto berpendapat, anak-anak yang menyukai acara Idola Cilik wajar saja, karena acara tersebut memang murni untuk menghibur pemirsa. Tetapi melihat anak-anak yang juga menyukai lagu-lagu yang dibawakan idola yang kebanyakan adalah lagu-lagu orang dewasa yang lagi trend saat ini membuat anak-anak juga dipaksa menerima syair-syair lagu yang belum saatnya mereka tahu atau tidak cocok untuk umur-umur seperti mereka. Sedangkan tayangan si Entong juga dinilai Arswendo sebagai tayangan yang kurang bisa mendidik dan tidak sehat. Karena tayangan ini memuat sisi religi namun sebaliknya ada juga sisi tayangan yang tidak masuk akal. Misalnya tiba-tiba ada sosok yang menjadi spiderman dll. Tayangan seperti ini membuat anak tidak bisa melihat mana hal yang fiksi dan mana nyata. Sehingga akan mempengaruhi anak dalam berperilaku dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dalam survey ini juga ditanyakan apakah dalam menyaksikan siaran televisi anak-anak didampingi orang tua meraka? Hasilnya menyebutkan 70% anak menjawab jarang sekali orangtua mereka mendampingi anak-anak dalam menonton televisi. Dengan alasan orang tua yang kerja dan jarang di rumah. Para orang tua baru ada di rumah sekitar jam 8 malam. Fenomena seperti ini memang sering terjadi di kota-kota besar dimana kedua orang tua bekerja. Sehingga hal yang sudah bisa jika anak-anak menonton sendiri tanpa didampingi oleh orang tua mereka. Padahal Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Don Bosco mengatakan bahwa sudah banyak sekali keluhan dari berbagai pihak yang masuk ke KPI tentang protes mereka terhadap tayangan-tayangan di televisi yang membahayakan bagi anak. Karena itu Don Bosco sangat berharap para orang tua tidak membiarkan anak mereka menonton televisi terlalu lama. Paling baik itu anak-anak menonton 1 – 2 jam saja dalam sehari. Dan lebih baik anak disuruh melakukan kegiatan lain seperti bermain dari pada hanya menonton televisi. Tentu hal ini harus dibicarakan bersama antara orang tua dan anak. Termasuk membicarakan tayangan apa yang bisa ditonton dan apa yang tidak bisa.

Pada media Kidia edisi Juni-Juli yang dikeluarkan Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang masuk dalam kategori ‘Aman’, ‘Hati-hati’ dan ‘Bahaya’ untuk anak. Tayangan televisi yang ‘Aman’ bagi anak, bukan hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga memberikan manfaat lebih misalnya, pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sekalipun aman, orangtua diimbau untuk mendampingi anak-anak menonton televisi. Contoh tayangan anak yang ‘Aman’ : Varia Anak (TVRI), Bocah Petualang, Laptop Si Unyil, Jalan Sesama, Cita-citaku, Si Bolang ke Kota, Buku Harian si Unyil (TRANS7), Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk! (TRANS TV), Dora The Explorer, Go! Diego Go!, Chalkzone, Backyardians (TV G) dan Masa Kalah Sama Anak-anak (TV One).

Sementara, tayangan yang masuk dalam kategori ‘Hati-hati’, adalah tayangan anak yang dinilai relatif seimbang antara muatan positif dan negatifnya. Seringkali, tayangan yang masuk kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar yang tidak mencolok. Contoh : Idola Cilik Seleb, Rapor Idola Cilik Seleb, Doraemon, Pentas Idola Cilik, Rapor Pentas Idola Cilik (RCTI), Casper, Harveytoon (TPI), Transformers (AN TV), Pokemon Series, Bakugan Battle Brawlers, Konser Eliminasi 6 AFI Junior (IVM), New Scooby Doo Movie (TRANS7), SpongeBob Squarepants, Avatar : The Legend of Aang, Carita De Angel (TV G).

Tayangan yang masuk dalam kategori ‘Bahaya’ merupakan tayangan yang mengandung lebih banyak muatan negatif, seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens. Sehingga, bukan lagi menjadi bentuk pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita. Tayangan dalam kategori ini, disarankan untuk tidak disaksikan anak. Contoh : Tom & Jerry, Crayon Sinchan (RCTI), Si Entong, Tom & Jerry, Si Entong 2 (TPI), Popeye Original, Oggy & The Cockroaches (AN TV), Detective Conan, Dragon Ball, Naruto 4 (INDOSIAR), Tom & Jerry (TRANS7), One Piece, Naruto (TV G).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada sekarang yaitu, pola menonton anak yang tidak sehat. Program tayangan televisi banyak yang tidak aman. Dan lemahnya peraturan bidang penyiaran dan penegakannya. Buktinya meski banyak tayangan yang masuk kategori berbayaha bagi anak, tapi toh masih saja disiarkan sampai saat ini. Karena itu untuk menjawab permasalahan ini, peran orang tua untuk pendampingan anak sangat diperlukan, disamping itu perlu dilakukan upaya bersama berbagai komponen masyarakat untuk mendesak dan mempengaruhi industri penyiaran agar lebih memperhatikan isi tayangan dan pola penyiaran yang memperhatikan perlindungan terhadap anak. Sehingga cita-cita menjadikan bangsa ini untuk maju dapat tercapai karena memiliki generasi penerus yaitu anak-anak yang ‘sehat’ dan cerdas.

Rabu, Agustus 13, 2008

Saatnya Penyiaran Indonesia Migrasi dari Analog ke Digital

Rabu, 13 Agustus 2008, adalah hari penting bagi sejarah dunia penyiaran di Indonesia. Karena hari ini merupakan hari pertama uji coba migrasi dari sistem penyiaran analog ke digital. Departemen Komunikasi dan Informarika (Depkominfo RI) sendiri telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No.27/P/M.Kominfo/8/2008 tentang ujicoba siaran digital tersebut yang dilakukan baik untuk siaran TV terestrial maupun siaran TV bergerak (mobile). Depkominfo menunjuk TVRI dan RRI sebagai penyedia isi atau content provider. Dan yang bertindak sebagai penyedia jaringan atau network provider adalah PT Telkom. Soft launching Uji coba penyiaran digital yang diresmikan oleh wakil presiden Yusuf Kalla ini rencananya akan berlangsung selama 6 sampai 9 bulan wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Apa dan bagaimana sebenarnya migrasi penyiaran dari analog ke digital itu ? Mengapa Indonesia harus bermigrasi ke digital?

Pertama, karena perkembangan digitalisasi adalah buah dari perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini. Sehingga mau tidak mau sebagai negara yang berkembang Indonesia harus juga masuk ke era digitalisasi, karena sudah merupakan tuntutan zaman dan globalisasi. Kedua, migrasinya sistem penyiaran analog ke digital perlu dilakukan salah satunya untuk memperbanyak frekuensi penyiaran. Saat ini frekuensi atau public domain pada system analog sangat terbatas padahal di lain pihak tuntutan untuk membuat lembaga penyiaran juga sangat tinggi. Sehingga digitalisasi sangat menjanjikan adanya pemanfaatan public domain atau frekuensi yang lebih banyak. Kalau pada sistem analog dalam 1 kanal hanya 1 frekuensi, namun pada digital bisa menjadi 6-8 frekuensi. Disamping itu juga sangat mengefisienkan infrastruktur dengan adanya sharing tower antar provider sehingga lebih efisien dan dapat menekan biaya. Dengan demikian masyarakat juga akan mendapatkan informasi yang makin banyak dan bervariatif dengan banyaknya pilihan yang diberikan oleh banyak jasa penyiaran. Hal ini juga didukung oleh UU Penyiaran yang menginginkan adanya demokratisasi penyiaran yang tidak hanya menyangkut meyangkut kepemilikan lembaga penyiaran yang lebih banyak tetapi juga menyajikan konten yang berbeda. Sehingga dapat terlihat proses demokratisasi dari segi kepemilikan maupun konten. Dengan demikian memberikan kesempatan bagi masyarakat juga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan publik. Dan alasan ketiga, dengan digital, gambar dan audio penyiaran akan semakin bagus.

Masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengeluarkan biaya yang tinggi saat bermigrasi ke digital dengan harus mengganti pesawat televisi dan radio yang ready digital (sekarang umumnya masih analog). Karena peristiwa migrasi ini bukan peristiwa sehari tetapi akan berlangsung lama. Amerika dan Eropa saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk benar-benar migrasi ke digital. Sedangkan untuk Indonesia tahun ini adalah awal memberikan komitmen untuk masuk pada era baru digitalisasi. Dalam proses inilah secara bertahap akan dijelaskan model sistem yang akan digunakan. Sehingga diperkirakan 10 tahun kemudian yaitu di tahun 2018 di Indonesia sepenuhnya sudah menggunakan digital. Sama halnya waktu masyarakat masih menggunakan televisi hitam putih, yang lambat laun secara bertahap selama bertahun-tahun akhirnya migrasi sepenuhnya ke pesawat televisi berwarna. Tapi selama tahapan persiapan ready to digital tersebut, pemerintah menjamin digitalisasi bisa ekonomis dengan menyiapkan set-top box (semacam decoder yang mengubah sinyal siaran TV analog ke sinyal digital). Diupayakan harganya lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk uji coba ini saja, pemerintah melalui Depkominfo menyediakan 800 sampai 900 set-top box untuk ujicoba siaran televisi digital. Dirjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Depkominfo, Freddy Tulung, mengatakan, 900 set-top box tersebut akan disiapkan oleh satu perusahaan dalam negeri pemenang tender dengan dana sebesar Rp 1,2 Miliar dari pemerintah. Depkominfo sendiri telah mengundang lima perusahaan dalam negeri untuk ikut tender pengadaan set-top box yaitu PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia), PT LEN, PT. Panasonic Gobel, PT Polytron Indonesia dan PT. Panggung Electric Citrabuana Surabaya.

Jadi ada baiknya kita sebagai masyarakat umum mengetahui rencana pemerintah dalam proses migrasi ini yaitu pada tahun 2008-2012, merupakan uji coba bertahap. Tahun 2013 -2017 penghentian siaran TV analog dan mempercepat izin-izin operator infrastruktur jaringan digital. Dan tahun 2018 merupakan tahun dimana sistem penyiaran sekaligus masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya bermigrasi dan menggunakan digital. Waktu 10 tahun kedepan ini adalah waktu untuk mempersiapkan hal itu.



Sabtu, Agustus 02, 2008

Peran Media Massa Dalam PEMILU 2009

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan 34 Partai Politik (Parpol) yang lolos verifikasi dan ikut Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 mendatang. Namun berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, kali ini masa kampanye telah ditetapkan selama 9 bulan. Dan sejak 12 Juli 2008 lalu, kampanye parpol telah dimulai. Namun belum lagi beberapa saat kampanye berlangsung, disana sini telah terjadi pelanggaran.

Media massa khususnya televisi meberitakan beberapa parpol sudah melakukan pelanggaran dengan memasang bendera parpol mereka di badan-badan jalan tol, padahal hal tersebut melanggar aturan yang telah diatur undang-undang pemilu dimana disebutkan bendera-bendera parpol tidak boleh dipasang di jalan tol, kantor pemerintah, sekolah dan lain-lain. Hal ini menimbulkan pertanyaaan apakah ini terjadi karena ketidaktahuan parpol tentang hal tersebut atau kurangnya sosialisasi dari KPU tentang hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan parpol dalam masa kampanye, proses pemilu hingga pemilu 2009 mendatang. Pelanggaran yang dilakukan sejumlah parpol ini baru saja terjadi beberapa saat ketika masa kampanye ditetapkan. Bagaimana dengan masa kampanye 9 bulan mendatang yang akan berjalan? Bagaimana saat pemilu dan pasca pemilu? Apakah pelanggaran-pelanggaran masih saja terjadi? Bagaimana peranan media massa dalam proses ini?

Peran media dalam kampanye pemilu bisa dibagi manjadi 3 bagian, pertama sebagai media komunikasi langsung dari parpol dan calon dewan kepada masyarakat pemilih. Dalam hal ini media dipakai sebagai alat promosi untuk memperkenalkan parpol atau calon presiden atau calon legislatif. Contoh saat ini yang marak disiarkan di televisi melalui iklan politik, seperti Prabowo Subianto, Rizal Malarangeng, Sutrisno Bahir dsb. Kedua, program berita (informasi khusus). Dalam program ini diberitakan tentang parpol dan segala hal yang menyangkut pemilu. Dan ketiga adalah informasi pendidikan untuk pemilih. Informasi ini menyangkut partisipasi pemilih, proses pemilihan, cara memilih dan lain-lain. Nah dalam melaksanakan perannya ini media dapat menjadikan pemilu yang bebas dan adil, tergantung pada kemampuan media yang bisa bekerja secara profesional, berintegritas, tidak berat sebelah/objektif (melaporkan fakta-fakta yang tidak merugikan satu pesaing atau lainnya), tepat (melaporkan berita yang sama dari yang dipersepsikan oleh peserta politik yang bersangkutan), dan seimbang (keseimbangan harus dicapai dalam satu laporan). Kadang peliputan dilakukan dengan tidak seimbang. Misalnya yang paling sering terjadi parpol yang besar mendapat porsi peliputan yang lebih besar daripada opisisi. Saat yang sama partai yang berkuasa dapat juga diberitakan dengan gambaran yang menguntungkan, sementara pihak opisisi digambarkan secara negatif. Kegagalan membedakan antara kegiatan pemerintah dan kampanye juga sering terjadi. Karena itu media perlu membedakan antara kegiatan para pejabat pemerintah yang menjalankan fungsi pemerintah yang pantas diberitakan dengan kegiatan kampanye yang dilakukan oleh orang-orang yang sama.

Media massa merupakan sasaran empuk bagi kontestan peserta Pemilu, baik itu calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, partai politik, atau ratusan calon anggota legislatif yang berlomba-lomba merebut kursi. Ditengah godaan kepentingan kontestan pemilu, media massa ditantang untuk menjaga integritas profesionalismenya. Karena meski porsi berita mengenai pemilu yang disajikan media massa sangat banyak tapi belum berarti media massa telah ikut mensukseskan pemilu. Karena itu tema berita yang diangkat oleh media massa harus obyektif. Godaan bagi media massa memang sangat besar dalam pemilu. Besarnya ruang yang tersedia di media massa merupakan lahan subur bagi mereka untuk bekerjasama dengan tim sukses pemilu. Karena bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa media ’hidup’ dari iklan yang bisa diperoleh dari sebuah partai peserta pemilu. Sehingga kadang sangat jelas sekali terlihat bahwa sebuah media dalam pemberitaannya didominasi partai-partai tertentu.

Namun terlepas dari hal itu, kembali pada fungsi pers yaitu sebagai media informasi, kontrol sosial dan hiburan, juga media pendidikan. Dan media dapat menjadi sarana yang efektif dalam memajukan pendidikan pemilih dengan menyuguhkan kepada pemilih tentang bagaimana kapan dan dimana harus mencoblos, menyediakan informasi yang dibutuhkan pemilih untuk memahami ciri-ciri dari isu-isu, program dan rencana partai-partai maupun watak daripada calon legislatif. Sehingga masyarakat dapat mengetahui siapa saja yang bisa dipilih oleh rakyat, apa saja janji mereka sehingga masyarakat bisa memilih tokoh-tokoh yang dianggap paling cocok memimpin dan menjadi wakil rakyat. Disamping itu, media juga dapat berperan secara kritis dalam pendidikan kepentingan umum dan dalam meningkatkan peran serta pemilih secara kelompok, seperti di negara-negara tertentu wanita yang memiliki minat memilih yang lebih rendah. Karena itu media dapat mem-push golongan-golongan tertentu tersebut untuk ikut terlibat dalam pemilu. Media juga bersama masyarakat dan tim pemantau pemilu dapat memantau pemilu agar bisa berjalan dengn jujur dalam peliputan kampanye melalui berita dan informasi.

Dan yang tidak kalah pentingnya media harus mengikuti kode etik pers supaya bisa melaksanakan tugas secara maksimal. Media juga perlu menyiapkan calon presiden, parpol dan calon legislatif maupun pendukung bahwa kalah dalam sebuah pemilu adalah biasa. Karena di negeri ini jarang sekali pihak yang kalah mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Banyak contoh dalam Pilkada disejumlah daerah seperti di Sulawesi Selatan dan Maluku Utara. Pihak-pihak yang kalah tidak mau menerima dan akibatnya menjadikan persoalan yang berkepanjangan yang juga melibatkan para pendukung masing-masing calon yang berujung pada bentrok dan tindakan anarkis.
Pemilu dapat membuahkan hasil yang diterima rakyat, jika benar-benar melaksanakan prinsip langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Untuk memenuhi prinsip itu, penyelenggaraan Pemilu tentu perlu dipantau oleh elemen masyarakat. Sejumlah organisasi pemantau Pemilu, seperti KIPP, KIPPDA, Forum Rektor, UNFREL dan sebagainya, menjadi pemantau pelaksanaan Pemilu. Namun, mereka tidak akan mampu memantau seluruh proses Pemilu di berbagai daerah dalam waktu yang sangat singkat. Karena itu media massa menjadi unsur pendukung, serta merupakan saksi rakyat. Media massa memantau pelaksanaan Pemilu dan menyiarkan/memberitakan hasil pantauannya, sehingga diketahui rakyat. Disinilah peran media massa dengan integritas tinggi sangat dibutuhkan.

Selasa, Juli 22, 2008

BUNAKEN : Its Beautiful !!

Akhirnya setelah 2 tahun menjadi penduduk kota Manado, Jumat 18 Juli 2008, saya untuk pertama kalinya berkesempatan pergi ke Bunaken. Ya agak lambat juga sih...! Tapi daripada tidak sama sekali? Masalahnya kata orang tidak sah kalo ke Manado tapi tidak injak Bunaken. Apalagi orang yang menetap di kota Manado? Wah keterlaluan kalo tidak pernah ke sana. So....Bunaken merupakan sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi. Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Bunaken kita menggunakan perahu motor melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) sekitar 30 menit. Nah jika banyak orang, bisa sewa perahu berkapasitas 20 orang seharga Rp.700.000,-dan dipakai sesuka hati (maksudnya pakai seharian juga gak masalah).

Sekitar 30 menit perjalanan sampailah kita di sekitar pantai pulau Bunaken dan pulau Manado Tua, mesin perahu pun diperlambat. Petugas perahu segera menurunkan 2 buah peti kaca ke bawah laut, untuk meneropong kondisi taman laut yang terkenal ini. Dan setelah diintip....astaga, cantik sekali taman laut ini. Gak nyesal deh ke sini. Di s
ekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kelautan Manado Tua. Secara keseluruhan taman laut Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektar dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Meskipun meliputi area 75.265 hektar, lokasi penyelaman (diving) hanya terbatas di masing-masing pantai yang mengelilingi kelima pulau itu.

Setelah puas mengintip taman laut, kita pun segera menuju ke pulau Bunaken yang tidak jauh dari situ. Di pulau ini bayak sekali ibu-ibu berjualan souvenir khas manado, mulai dari baju kaos, topi, gelang, dll. Meski hari masih terbilang pagi, kita sempat juga minum kelapa muda yang dicampur dengan gula merah, and saran pisang goreng pake rica....nyambung gak itu pasangan makanan dan minumnya? Dinyambung-nyambungkan deh...asal tidak sakit perut saja. Tidak terlalu lama kita di pulau ini, asal puas melihat-lihat pantai dan laut yang indah, makan sampe kenyang, and pulang deh....

Potret Infotainment Tanah Air

Sebenarnya apa dan bagimana tayangan Infotainment itu? Infotainment merupakan berita-berita yang menayangkan tentang kehidupan para selebritis di tanah air. Selebritis disini tidak hanya pekerja seni (artris, aktor, bintang film, penyanyi, sutradara, sineas, mentalis dll) tetapi juga termasuk politisi, olahragawan, para normal atau seseorang yang terkenal di negeri ini. Sebenarnya program ini cukup menghibur dan bisa memberi kepuasan tersendiri bagi para menggemar sang selebritis untuk mengetahui keadaan idolanya. Tentu jika yang diberitakan tersebut adalah hal-hal yang positif seperti prestasi atau teladan hidup sang idola. Hanya saja, semakin lama acara ini seperti tidak bisa dikendalikan.

Orang mengenal Infotainment sebagai acara gosip belaka. Atau sebenarnya berita-berita yang disiarkan hanya gosip saja, tapi karena terus menerus diberitakan dengan ditambahi ’bumbu-bumbu penyedap’ akhirnya berita itu benar-benar menjadi kenyataan. Bahkan sebagian besar acara ini hanya membahas kebobrokan seseorang, Misalnya berita tentang perceraian adalah berita yang paling sering ditayangkan.
Biasanya tentang artis A menggugat cerai suami atau isteri, pernyataan gugat cerai suami/istri, kedua pengacara, liputan sidang, dan setelah putusan hakim. Karakter yang sering muncul di TV adalah kedua pasangan tampil beserta masing-masing pengacara, teman/kerabat dekat yang dimintai komentar termasuk para mertua beserta keluarga. Akibat dari pernyataan-peryataan orang-orang ini, justru semakin memperuncing masalah. Masalah yang sebenarnya tidak terlalu besar, akhirnya menjadi besar akibat perang statement melalui infotainment hingga membongkar aib keluarga yang seharusnya tidak perlu diketahui oleh publik. Belum lagi sampai perebutan harta gono gini, saling berebut hak asuh anak menjadikan masalah seorang selebritis jadi semakin runyam.

Berita tentang rencana pernikahan seorang artis juga paling sering ditayangkan misalnya gaun pengantin model apa yang bakal mereka kenakan di hari akad nikah dan resepsi, konsep acara resepsi, siapa saja yang akan diundang, apakah mantan pacar atau mantan suami/isteri juga termasuk dalam daftar undangan, dll. Kalau masih diberitakan sisi positif tentang pernikahan itu tidak masalah. Tetapi kalau sang wartawan sudah mereka-reka sendiri tentang acara itu hanya karena belum sempat mewawacarai sang selebritis, alangkah tidak fairnya berita itu. Seperti yang terjadi belum lama ini, seorang artis yang akan menikah dengan seorang penyanyi. Tetapi mereka belum bisa memberikan keterangan kepada para wartawan. Sayangnya, yang diberitakan sang artis enggan diwawancarai karena sudah keburu hamil duluan. Padahal bisa saja tidak begitu yang terjadi. Namun secara umum, sang artis sudah divonis duluan bukan saja oleh 1 acara infotainment tetapi hampir semuanya. Belum lagi kejadian yang menimpa seorang pemain sinetron yang juga janda, akan menikah dengan seorang duda, mantan suami pemain sinetron lainnya tiba-tiba batal dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan. Padahal undangan telah beredar, gedung telah dipesan, gaun pengantin telah jadi dll. Belum lagi mendapat keterangan resmi dari yang bersangkutan tentang alasan pembatalan, berita-berita negatif tentang sang artis telah beredar, dikabarkanlah depresi akibat pembatalan tersebut, dll dll. Padahal sebenarnya sang artis sedang jatuh sakit sehingga menunda pernikahan mereka seminggu kemudian. Malang benar nasib sang artis, berita-berita negatif tersebut pastilah bukan dapat membantu mereka untuk meringankan masalah tapi justru lebih memperkeruh suasana.

Ada juga berita yang sering disiarkan di Infotainmen, misalnya Si A punya masalah dengan B, A pun memberikan komentar terhadap B, si B tidak terima, dan dengan mudahnya menuntut A sampai ke sidang. Atau melapor ke Komnas HAM-lah, Komnas perlindungan anak, kantor polisi, Komnas Perempuan dll. Saling tuntut menuntut, mulai dari pencemaran nama baik, masalah kontrak kerja yang tidak jelas, manajer yang membawa kabur uang dll.
Masalah keluarga juga sering terungkap di acara Infotainment. Misalnya seorang ayah atau ibu yang tiba-tiba mengaku sebagai orang tua dari artis yang sudah punya nama. Atau sebaliknya seorang ibu yang tidak mengakui anaknya didepan infotainment hanya karena masih terikat kontrak dengan pihak tertentu? ”Sungguh naif sekali menjadi seorang ibu seperti si A itu. Wajarlah jika suatu hari kemudian sang anak juga enggan mengaku sang ibu yang juga artis penyanyi sebagai ibu kandungnya sendiri.” begitu komentar miring seorang teman terhadap sang artis ini. Dari sini dapat dilihat bahwa berita-berita ini justru menjadikan preseden buruk dan juga memojokan bagi sang artis. Tapi apa mau dikata, begitulah berita yang sudah beredar.

Dan berita yang paling heboh sering diangkat ke layar adalah perselingkuhan sang selebriti. Dengan mewawancarai beberapa saksi kunci, atau melakukan investigasi dengan kamera tersembunyi, bisa jadi kedok sang selebritis terbongkar. Kalau sudah begitu, mau taru dimana muka selebritis? Mereka pun buru-buru melakukan press conference untuk membantah berita tersebut. Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu diketahui oleh publik karena memang bukan konsumsi publik. Tetapi karena penayangannya berulang-ulang dan sering diberbagai televisi, sehingga menghasilkan opini publik yang bisa saja negatif atau sebaliknya. Apalagi program acara sejenis sangat banyak disiarkan.

Hampir semua stasiun televisi swasta mempunyai program Infotainment dengan jumlah beragam. Seperti Trans TV dengan Inser Pagi, Insert Siang dan Insert Sore. Atau RCTI, dengan Go Spot, Silet, Kabar-Kabari, Cek & Ricek. Trans 7 dengan I Gossip yang ditayangkan di pagi, siang dan sore hari. Belum lagi SCTV yang menyiarkan Was-Was, Kasak-Kusuk, Bibir Plus, Ada Gossip dan Hot Shot. AnTV dengan acara Espresso. Indosiar tidak mau kalah dengan menyuguhkan Kiss, Kisah Seputar Selebriti. TPI dikenal dengan acara sejenis yang diberi nama Go Show. Obsesi tidak ketinggalan ditayangkan pada Global TV. Jam tayangan acara pun rata-rata 30 menit – 1 jam untuk setiap program. Dan disiarkan di pagi, siang hingga sore hari. Jam-jam tayang ini memang sengaja dipilih baik oleh televisi bersangkutan maupun pemasang iklan, karena memang pada waktu pagi, masyarakat khususnya ibu-ibu sedang bersiap-siap menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga atau siap-siap untuk berangkat bekerja. Disiang hari, dimana banyak masyarakat yang sedang istirahat makan siang kemudian diberi suguhan ringan tentang kehidupan selebriti, dan disore hari saat masyarakat siap-siap untuk pulang kerja atau kalau di rumah saat ibu-ibu sedang menunggu suami pulang kerja, mereka pun mengisi waktu dengan menonton infotainment. Hasil tontonan ini kemudian menjadi bahan pembicaraan atau bahan gosip dengan sesaman tetangga atau teman. Bisa dibayangkan masyarakat setiap hari dicekoki tayangan-tayangan yang sama setiap hari secara berulang-ulang. Memindahkah channel sedikit, masih mendapatkan tayangan yang sama. Tidak menutup kemungkinan acara-acara sejenis bisa mencuci otak masyarakat. Padahal secara resmi Nahdatul Ulama (NU) sudah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan acara infotainment ini karena termasuk ghibah atau bergunjing, tapi herannya acara ini semakin banyak dan isi tayangannya juga tidak berubah.

Tayangan infotainment ini dapat menjadi program yang menghibur dan bermanfaat jika semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak memberikan kontribusi positif.
Acara yang disiarkan televisi tidak hanya harus laku di pasaran, tetapi juga harus menjadi tontonan sehat yang menarik serta tidak menyesatkan sehingga mampu memperkaya bathin masyarakat yang menontonnya. Karena sesuai UU Penyiaran No. 32 tahun 2002 menyebutkan bahwa tujuan penyiaran adalah untuk memperkokoh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokrasi, adil dan sejahtera. Sedangkan fungsi penyiaran adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial disamping juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Jika mengaju pada aturan ini maka diperlukan idealisme yang tinggi dari pembuat produksi. Hanya saja godaan komersialisasi kadang menutupi idealisme tersebut sehingga fungsi-fungsi penyiaran yang sebenarnya juga menjadi kabur.

Para pekerja infotainment perlu memperhatikan kode etik jurnalistik dan kode etik profesi selama bekerja di lapangan. Dengan tidak menetapkan aturan sendiri yang justru sering meresahkan nara sumbernya. Seperti misalnya dengan memaksa, berteriak-teriak, menghalang-halangi mobil dan mencoba menerobos masuk rumah sang selebritis untuk diwawancarai yang katanya untuk kepentingan publik. Tapi apakah, semua publik membutuhkan informasi-informasi seperti itu ? Coba jika sang wartawan yang menjadi narasumber yang privasinya di’ganggu’ terus?

Para orang-orang yang masuk dalam kalangan selebritis juga tidak perlu terpancing untuk membuka semua permasalahan yang bersifat pribadi kepada media infotainment. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa media ini ikut berjasa mengangkat pamor sang seleb menjadi orang terkenal. Namun tidak berarti jasa itu ditukarkan dengan pemenuhan keingintahuan media terhadap apa saja tentang diri sang seleb. Kerjasama, toleransi dan saling menghormati antara pekerja infotainment dan seleb perlu dijaga. Sehingga bisa saling menguntungkan kedua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan.
Dan yang terakhir ada ditangan publik yaitu masyarakat yang menonton hasil produksi kolaborasi antara pekerja infotainment dan selebritis. Publik harus menjadi masyararat yang cerdas dalam memilih program acara. Publik juga yang bisa menarik kesimpulan sendiri atas apa yang telah ditontonnya. Tentunya kesimpulan yang bisa membangun (karakter, sikap, pandangan , teladan dll), mendidik dan memberikan banyak hal yang positif bagi mereka.

Senin, Juli 07, 2008

@ the Kora-Kora Beach, Minahasa

Sabtu, 5 Juli 2008 untuk pertama kalinya kaki ini menginjak satu tempat pariwisata lagi di Sulawesi Utara. Namanya pantai Kora-Kora yang letaknya di Kecamatan Lembean Timur. Pantai ini merupakan obyek wisata yang sudah lama dikenal. bahkan sudah tersedia 2 cottage yang representatif untuk ditempati bila ingin menikmati suasana lain di pesisir pantai Timur Minahasa. Untuk menuju ke tempat ini dengan menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam lebih dari Manado, Tomohon dan Tondano. Sebenarnya jarak tempuhnya bisa lebih cepat dari itu, hanya saja...

kendala utama yang menghadang adalah kondisi jalan yang sempit, rusak parah ditambah rerumputan serta semak belukar yang menutupi sebagian badan jalan mulai dari Desa Kapataran sampai ke pantai, yang jaraknya sekitar 5 km. Bisa dibayangkan betapa tidak menyenangkannya perjalanan ini. Untung saja perjalanan yang kurang menyenangkan tersebut terbalas, dengan pemandangan pantai yang cukup bagus ketika sampai di Kora-Kora. Dikatakan cukup bagus, karena sebenarnya tempat-tempat pariwisata pantai di Sulawesi Utara pada umumnya sama saja. Belum di’poles’ dengan baik. Terkesan masih sangat alami, apa adanya dan kurang tersentuh. Seandainya tempat-tempat semacam ini lebih diperhatikan dengan membangun banyak sarana pendukung (termasuk perbaikan jalan menuju ketempat tersebut), pastilah banyak masyarakat yang berbondong-bondang ke sana. Dari kunjungan darmawisata di pantai ini saja, bisa terlihat, pengunjung tidak terlalu banyak, padahal minggu-minggu ini adalah liburan anak sekolah. Mungkin orang lebih memilih berlibur ke tempat lain yang tidak terlalu jauh, jalannya bagus dan tentu bisa menikmati pemandangan yang tidak kalah bagusnya…!
By the way, apapun itu masih menjadi Pekerjaan Rumah bagi pemerintah Sulawesi Utara, untuk pembenahan tempat-tempat pariwisata dalam rangka menjadikan Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia 2010. Karena tidak cukup hanya menjadikan Manado saja sebagai tujuan pariwisata, tetapi tempat-tempat disekitarnya juga, seperti Tomohon, Tondano, Bitung dll. Namun yang pasti, Torang so dapa’ injang itu pantai Kora-Kora, dan bisa sedikit melepaskan kepenatan dari rutinitas sehari-hari.

Kamis, Juni 12, 2008

Surga Belanja di Batam

Siang yang mendung di akhir Mei 2008 mengantarkan aku mendarat di Kota Batam. Dari atas pesawat tadi tampak jelas kota Batam dengan jembatan Balerangnya yang merupakan ciri khas kota ini. Kota ini juga tampak ramai dengan pembangunan disana sini. Padahal kalau mau dilihat, kota ini termasuk kota kecil dengan luas wilayah daratan 715 km² atau sekitar 115% dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.570.35 km². Namun karena kota yang merupakan salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan sebuah pulau yang terletak sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional dan dekat dengan Negara Singapura dan Malaysia tidak heran kalau Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Konon ketika kota ini dibangun pada tahun 1970-an hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk, namun kini telah berpenduduk 713.960 jiwa. Berkali-kali lipat penambahan jiwanya.

Oleh seorang teman, saya diantarkan ke sebuah hotel ternama di kota Batam, namanya Hotel Grand Majesik. Hotel ini terletak di pusat kota tepatnya di kawasan Jodoh. Dari namanya saja sudah aneh. Jodoh ? Mungkin dikawasan ini dulu orang-orang sering berjodoh ya? Barangkali. Dari hotel tempat saya menginap sangat dengat dengan pusat perbelanjaan, mulai dari Komplek Nagoya, Mega Mall, Nagoya Hill Mall Batam City Square(BCS) Mall, Diamond City(DC) Mall, Lucky Plaza (Pusat penjualan HP), Mymart (Pusat penjualan Komputer) dll. Semuanya bisa saja ditempuh dengan berjalan kaki, atau naik ojek, naik angkot, atau naik taksi. Jaraknya dekat-dekat kok. Dan harga-harga di sini, juga relative murah namun berkualitas cukup baik. Yang paling murah itu tas-tas ransel, kopor dll murah sekali, bisa setengah harga dari kota lainnya. Dan tidak ketinggalan jajanan beraneka buah-buahan di pinggir jalan juga ramai dijual, harganya murah dan rasanya manis. Mh….nikmat…! Eh tidak ketinggalan, aneka coklat impor juga banyak dijual ditoko-toko. Katanya sih, ole-ole kota ini ya coklat. Disamping murah, rasanya juga enak bo’. Weleh..weleh surga belanja. Sebenarnya saya ke Batam ini dalam rangka tugas kantor, tapi kok yang melekat di hati malah jalan-jalannya doang….waduh…? Gak papa namanya juga sambil menyelam, tenggelam….!


Kalau ke Batam, jangan lupa buat pasport untuk menyebrang ke Singapura, begitu pesan temanku. Dan memang benar, dari pelahuban Batam Center menuju ke Singapura dengan menggunakan ferry, hanya ditempuh selama 45 menit saja dan ongkos tiket 300 ribu PP. Dan Anda bisa berbelanja sepuasnya di negeri singa tersebut. Mhm…asik sekali. Semoga bisa balik lagee…. Kesini…….! I Hope so….!

Jumat, Mei 23, 2008

Menginjak Tanah Borneo

Pesawat Batavia mendarat mulus di bandara Sepinggan, Balikpapan, 25 April 2008. Hari sudah mulai gelap. Padahal penerbanganku dengan Batavia dari bandara Adi Sucipto Yogjakarta tadi tepat pukul 16.00 Wib. Meski hanya transit 1 jam di kota Balikpapan, bagiku lumayan bisa injak tanahnya Borneo,Pulau Kalimantan.

Bandara Sepinggan, lumayan besar, lebih besar dari bandara Hasanuddin Makassar dan Sam Ratulangi Manado. Gaya bangunannya mirip Cengkareng, tapi ini lebih mirip miniaturnya, hehehe...!
Hei, di kios2 dalam bandara ada tu jual Amplang, itu tu snack khas kalimantan yang terbuat dari ikan, mirip kerupuk terjaja disitu. Iseng2 kutanya harganya, busyet 30 ribu sebungkus plastik kecil. Wallah…namanya juga di Bandara…pasti jatuhnya mahal bu. Iya deh, gak jadi beli, kemahalan…!

Setelah melapor sebagai penumpang transit…Saya langsung masuk ke ruang tunggu para penumpang transit. Daripada bengong, kutelepon Ida, teman seperjuangan, anak Depko 2006. Kali’ saja Ida bisa datang ke bandara, meski hanya ber-say hello…! Ternyata dia di Banjarmasin. Jaraknya jauh katanya, provinsinya aja beda bo’. Oya? Maklum waktu SMA, nilai geografiku gak lulus-lulus…gak tauk letak-letak kota, hehehe. So, kita hanya ngobrol lewat telepon, gak papalah…yang penting sudah telepon. Asyik ngobrol, panggilan untuk segera naek ke pesawat sudah menggema. Ya, terpaksa pembicaraan seru, terputus…! Ya, sampe jumpa teman, kapan-kapan pasti saya ke Banjarmasin. OK? Semoga …!


Burung besi bernama Batavia yang kutumpangi, dengan cepat melesat meninggalkan Sepinggan… menuju Manado. Sayang transitnya hanya 1 jam… kalau lebih dari itu, kan bisa jalan-jalan ke pusat kota yang disebut kota minyak ini. So, gak papa, mungkin di lain hari di lain waktu, yang penting sudah injak tanah Kalimantan. That’s it.

REUNI setelah 14 Tahun ….



Tiada hal yang paling membahagiakan di bulan April ini selain bertemu dengan SAHABAT LAMA, setelah sekitar 14 tahun tidak pernah ketemu. Makanya pertemuan ini kita namakan REUNI.

Setelah tamat SMA tahun 1990, saya dan Wien masih sering ketemu, meski dia sudah kuliah di Yogja, dan saya di Makassar, tapi dia masih suka liburan ke Makassar.
Tapi pertemuan terakhir kita terjadi pada tahun 1994, juga di Yogjakarta. Waktu itu saya melakukan ‘tour de java n bali’ bersama teman-teman kuliah dan sempat singgah di Yogja. Pertemuan 14 tahun yang lalu itu juga terasa unik dan lucu, karena saya terpaksa dievakuasi oleh Wien dan Mas Iyok (sekarang suami Wien), karena ternyata tinggal di daerah cukup rawan di Yogja (kalo di Makassar mungkin sama dengan daerah Ablam, Rappocini dsj). Hanya 2 hari kita sempat jalan dan akhirnya berpisah, Saya pulang Makassar, dan Wien siap-siap berangkat KKN.

Setelah itu sekitar 10 tahun, saya kehilangan kontak dengannya, saya pernah berpikir dia dimana ya sekarang?Gimana kabarnya?Apa masih hidup? Satu2nya surat yang pernah dia kirim di tahun 1997 apa 1998? Undangan bo….! Dia akhirnya menikah dengan Mas Iyok, pacarnya yang terakhir…! Saya tidak sempat datang ke hajatannya, karena tidak bisa cuti.

Setelah itu, hari, bulan, tahun berputar dan saya tidak pernah lagi menerima kabar darinya. Alamat, nomor telepon semuanya raib.Berkali2 ke Yogja, berharap ketemu dia entah di airport kah, stasiun kah atau di Malioboro, tapi tidak pernah terwujud… Hingga di tahun 2004 Wien menelepon di rumah, kaget juga menerima teleponnya. Waktu itu dia libur ke Makassar bersama suami dan anak2nya.Ternyata anaknya sudah 2 (waktu itu…sekarang mah sudah 3…). Tapi lagi-lagi kita hanya bisa ketemuan di telepon saja, karena hari itu saya harus berangkat tugas ke Palu…Sayang sekali rasanya… tidak bisa bertemu dengan sahabat semasa kecil ini.

Tapi kabar sebatas SMS, telepon tanya2 kabar, masih terus berlanjut meski itu pun jarang sekali (Kecuali jika ada Gosip HOT !!!). Hingga akhirnya Bulan April ini saya ada dapat tugas kantor di Yogja, sungguh kesempatan yang tidak kusia-siakan…! Yang kupikir bukan kerjaan kantornya tapi mau reunian dengan Wien. Maka kutelponlah dia, dia butuh ole2 apa…ternyata bo….daftar pesanannya klapetart dan ikan roa…! Suer, saya senang2 saja kok bawain dia. Dia ternyata suka sekali dengan klapetart dan ikan roa…! Pesanannya hanya itu2 saja…!

Siang itu, 23 April, saya sudah duduk manis di taman hotel, tempatku menginap di Yogja, menunggu sahabat lama ini datang. Sepertinya dia agak lambat datangnya…maklum dia sudah banyak janji mau ketemu dengan nasabah2nya (maklum orang bank janjiannya sama nasabah melulu…). Hingga sebuah kijang biru memasuki gerbang hotel, saya terus perhatikan mobil yang disopiri seorang laki-laki, dan disampingnya duduk manis ibu cantik tapi agak gendut2 dikit dengan dagu sedikit miring…tak salah lagi nih…pasti dia. Ini dia RATNA JUWIANTY !! Eh…saya sudah main2 mata, dia masih tidak nge’…dia pangling liatka’….! Maklum saya sudah dikit ‘battala’….! (dulu kan kurus kering kodong…..!). Beberapa saat dia masih bengong sampe buka pintu mobil dan turun…”Oee…sadar ko ces…! Teriakku….”Hahahah….”Wien tertawa renyah, serenyah kerupuk….! Kita pun cipika cipiki…sungguh pertemuan tidak terduga…! Eh, bukannya tanya kabar, malah tanya apa klapetarnya gak basi ji? Maklum saya beberapa jam tertahan di Surabaya…jadi klapatarnya berjam2 di luar kulkas ! Hahaha…betul2 mamanya Deva, Naya dan Dede ini tidak berubah….Casing-nya sih berubah, tapi sikapnya, sifatnya dari jaman SMP-SMA gitu2 saja….! Dan wajahnya mirip sekali ibu (Ibunya Wien, inget kita waktu SMP dulu, ibu kan umur 30-40an, seumuran Wien sekarang… (iya kali Wien?).

Kita pun atur rencana, mau ‘jokka’ kemana saja dan selama saya 3 hari di Yogja, setiap malam kita ketemu, jalan dan mojok di Mall Malioboro. Hanya bisa jalan malam bo’, soalnya siangnya tuan rumahnya pada kerja….! Ceritanya gak habis2 tentang masa lalu, masa sekarang dan juga masa depan. Penginnya ketemu juga dengan 1 sahabat kita lagi namanya Melanie Kusuma alias Me’. Sudah janjian mau ketemu juga di Yogja…sayangnya Me’ ada urusan keluarga. Jadi batal reuni lengkapnya…! Tapi tak apa…mungkin lain kali!

Malam terakhir, Wien mengajakku jalan2 naek sepeda motor keliling Yogja. Suasana malam di Yogja sangat menyenangkan dan mengesankan. Karena Wien yang nyetir motor,saya diboncengnya. Beberapa kali motornya di rem mendadak…busyet…mama-mama ini ternyata pembalap juga. “Hati-hati dong mbak nyetirnya,…”teriakku dari belakang.”Iya ya…soalnya yang kubonceng ini mantan instrukturku nyetir motor dulu…!”jawabnya. Hahahaa…..suer saya baru ingat lagi…dulu waktu jaman SMP, saya yang ngajar dia nyetir motor. Motornya mbak Eka (Pacarnya Mas Din-Kakak Wien), kita pinjam…dan pertamanya saya dulu yang bawa tu motor, di tengah jalan saya suruh dia yang bawa, dia didepan saya di boncengan belakang, sambil aba2 masuk gigi1,…gas…turunkan gas, masuk gigi 2, remmmmmm, kembalikan gigi….! Dan kita naek motor lewat jalan monginsidi….(jalan kenangan tu…), Hahaha baru kuingat setelah dia bilang ‘mantan instruktur’. Pernah juga naek sepeda berdua dari jalan Monginsidi sampe di Hertasning (rumahnya Dian), busyet…kalo diukur2, ya ampun…kok kita bisa sampe disana ya naek sepeda, sudah seperti atlit balap sepeda saja…ya kenangan masa kecil…!

So, sudah 3 hari saya di Yogja, dan siang ini 25 April, saya akan balik ke Manado. Wien masih sempat datang ke MMTC, tempatku inap, masih sempat ngobrol dan foto2, maklum dari dulu gifo sih… Dan akhirnya kita berpisah lagi…! Good bye my friend, kapan2 kita ketemu lagi…semoga saya banyak dapat tugas ke Yogja lagi ya, doakan saja….! Suer…reuni yang mengesankan setelah 14 tahun….!

Jumat, April 04, 2008

The City Of Blessing Go To MKPD 2010


Nyiur hijau, di tepi pantai, siar siur daunnya melambai…”, sepenggal bait lagu lama ini mungkin cocok dengan suasana daratan Sulawesi Utara. Bagi mereka yang sudah pernah berkunjung ke kota Manado, dengan menggunakan pesawat udara, pemandangan hamparan ribuan pohon kelapa yang tumbuh di sekitar kota ini pasti akan terlihat, beberapa saat ketika pesawat akan landing di bandara Sam Ratulangi. Sungguh, pertama kali melihat pemandangan itu, saya pun takjub dibuatnya. Tidak heran, kalau Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan ‘Bumi Nyiur Belambai’. Itu kesan pertama saat memasuki gerbang ibu kota Sulawesi Utara yang biasa disebut juga dengan 'The City Of Blessing'. Kesan selanjutnya?

Seorang teman saya yang bermukim di kota Manado pernah berkelakar, kalau ke kota Manado belum berkesan jika tidak merasakan/melihat 5 (lima) B. Karena penasaran, saya kemudian bertanya apa itu 5 B? Dia pun menjawab 1. Boelevard (daerah pinggir kota Manado yang terkenal dengan pantainya yang indah. 2. Bunaken (taman laut nasional yang indah, letaknya sekitar 1 jam perjalanan laut dengan menggunakan perahu sewaan). 3. Bubur Manado, sejenis makanan khas Manado yang terdiri dari bubur yang dicampur sayur-sayuran segar, disantap dengan dabu-dabu bakasang dan ikan cakalang atau ikan nike). 4. Bibir Manado (orang Manado dikenal suka bacirita=bercerita dengan materi cerita yang tidak habis-habisnya) dan yang ke 5 adalah Bangkrut. ”Hah? Bangkrut? Maksudnya?”Tanyaku. Temanku ini menjawab dengan logat Manado sambil setengah tertawa : “Bangkrut itu hanya istilah koa, yang artinya torang nya’ rasa itu doi so banya kaluar for makang, balanja dan baron. Karena di sini kote, depe makanan sadap-sadap ley, torang boleh tergodai no for berwisata kuliner, baron di tempat-tempat wisata gaga dan tantu balanja sovenir, kurang kage doi so abis. (Bangrut hanya istilah, yang artinya kita tidak akan merasakan mengeluarkan banyak uang untuk makan, belanja dan jalan-jalan. Karena disini makanannya enak-enak, kita pun bisa tergoda untuk berwisata kuliner, mengunjungi tempat-tempat wisata indah dan tentu berbelanja souvenir, tahu-tahu uang sudah habis).” Awalnya saya tidak percaya dengan point ke 5 ini, tapi lama-lama tinggal di Manado, baru kurasakan sendiri, “Benar juga kata temanku ini”.

Menjadikan Manado sebagai kota tujuan pariwisata memang sudah menjadi obsesi pemerintah daerah Sulawesi Utara, khususnya pemerintah kota Manado. Karena baru beberapa bulan menjabat sebagai Walikota Manado (tahun 2005 lalu), Jimmy Rimba Rogi dan Wakil Walikota A. Buchari langsung mencanangkan ‘Manado Kota Pariwisata Dunia (MKPD) 2010’. Program ini tentu tetapkan pemerintah daerah bukan tanpa alasan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan potensi pariwisata di kota Manado sehingga dapat diperhitungkan sebagai tujuan wisata dunia nantinya. Karena itu daerah ini sudah memiliki modal penunjang agar program tersebut bisa tercapai. Diantaranya, wilayah ini memiliki keindahan wisata alam yang sangat luar biasa seperti di Bunaken, disana orang bisa melakukan senam scuba dan snorkeling untuk menikmati taman laut yang terkenal dengan terumbu karangnya. Tempat lain yang menarik dikunjungi adalah Boelevard (tepi pantai), pulau Manado Tua, Danau Tondano, panorama Gunung Lokon, Gunung Klabat, Gunung Mahawu, Bukit Kasih di Kawangkoan, Vulcano Area di Tomohon, desa Agriwisata Rurukan, Batu Pina Betengan dan Waruga di Sawangan dan lain-lain. Sementara di pusat kota Manado memiliki objek dan daya tarik seperti di lapangan Tikala dengan pohon natalnya yang tinggi dan besar, Tugu Kota Tinutuan, Gedung Tua bersejarah (Minahasaraad), Gereja tua Sentrum dan Katedral, Klenteng Ban Hin Kiong (dibangun abad ke 19), Kampung-Kampung Tua dan lain-lain.

Modal kedua, daerah ini juga kaya dengan wisata seni dan budaya seperti berbagai tari (Maengket, Pisok, dan lain-lain), Musik Bambu, Kolintang, Budaya Masamper, Ampawayer, Katrili, Kabasaran, Cakalele, Mahzani dan lain sebagainya. Cendera Mata mulai dari bentuk kain tenunan Bentenan sampai kue-kue tradisional seperti Bagea, Kukis Kelapa, Cucur, Panada, Koyabu, Brudel, Lalampa, Nasi Jaha’, Nasi Kuning, Klapetar, Gohu, Cakalang Fufu, Ikan Roa, dan masih banyak lagi, juga menjadi ciri khas yang biasa dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke kota ini.
Disamping itu kota Tinutuan (nama lain kota Manado) ini juga sudah memiliki bandara udara berskala internasional yang terhubung langsung dengan kota-kota besar lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makassar dan Balikpapan. Selain itu juga mempunyai penerbangan langsung dari dan ke luar negeri seperti Singapura dan Davao, Philipina. Bandara ini juga termasuk kategori terbaik ketiga di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Hang Nadim, Batam. Begitupun alat transportasi laut melalui dermaga di Manado untuk kapal-kapal kecil, sedangkan untuk kapal-kapal PELNI, berlabuh di pelabuhan Bitung sekitar 40 km sebelah barat Manado. Untuk transportasi darat antar kota dan dalam kota juga lancar. Sehingga sangat memudahkan bagi warga Manado untuk bepergian. Dan modal terpenting yang dimiliki kota ini, adalah aman dan tenang. Tingkat kriminalitas di kota ini relatif rendah. Anak jalanan dan pengemis hampir tidak ada. Jika modal ini sudah dimiliki tentu siapa saja akan betah dan selalu rindu untuk kembali ke kota ini. Apalagi hal ini didukung dengan ciri masyarakat kota Manado (Minahasa) yang sangat terbuka dan mudah bergaul.
Namun modal tadi tidak berarti apa-apa jika tidak didukung oleh berbagai upaya pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencapai MKPD 2010. Apa saja yang sudah dan sedang dilakukan? Pemerintah provinsi dibawah pimpinan Gubernur SH. Sarundajang mempertegas kembali bahwa sektor pariwisata merupakan unggulan Sulawesi Utara selain sektor perikanan, pertanian, pengembangan SDM dan perdagangan internasional. Karena itu distribusi dana pengembangan di sektor pariwisata Sulawesi Utara mulai tahun 2006 mencapai Rp. 10 miliar lebih. Dan pemerintah provinsi juga menyiapkan rencana induk pariwisata yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam kurun 4 tahun terakhir ini pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan di kota Manado juga berkembang pesat seperti Mega Mal Manado, Manado Town Square, Boulevard Mall dan IT Centre Manado. Keempat pusat perbelanjaan ini berlokasi di jalan Piere Tendean atau yang dikenal dengan daerah Boulevard (ditepi pantai kota Manado). Sepertinya pemda setempat sengaja memusatkannya di Boulevard, sehingga para pengunjung pusat perbelanjaan langsung bisa menikmati keindahan pantai. Para investor juga memanfaatkan moment MKDP 2010 ini dengan membangun sejumlah hotel. Dan dua tahun terakhir ini pembangunan hotel dan penginapan terbilang meningkat. Tidak sebatas hotel saja, program pembangunan beberapa infrastruktur seperti landmark, jembatan, pelebaran jalan sudah dan sedang dalam proses.

Pembangunan infrastruktur ini juga diikuti dengan langkah kongkrit pemerintah daerah dengan program Jumpa Berlian (Jumat Pagi Bersih Lingkungan Anda). Program ini wajib diikuti oleh masyarakat kota Manado untuk membersihkan lingkugan sekitar tempat tinggal mereka setiap hari Jumat. Alhasil kota Manado meraih piala Adipura tahun 2007 lalu dengan kategori Kota Sedang Terbersih setelah sekitar 15 tahun kota ini termasuk terkotor dan semrawut. Selama 2 tahun terakhir ini juga pemerintah kota melakukan gebrakan pembersihan kota dari Pedagang Kaki Lima (PKL) liar yang berjualan di sejumlah tempat strategis. Meski mendapat perlawanan dari para PKL, namun akhirnya mereka dapat direlokasi. Semua ini sebagai point penting untuk masuk ke MKPD 2010.

Pembenahan aspek budaya juga dilakukan antara lain dengan menggairahkan kembali seni budaya kota Manado. Menurut walikota Manado, Jimmy Rimba Rogi ;”Pariwisata tanpa ditopang seni dan budaya, maka akan hambar rasanya.” Karena itu berbagai pelaksanaan festival dan pelatihan seni budaya sangat didukung oleh pemerintah kota. Mungkin masih banyak lagi hal-hal yang sedang diupayakan oleh pemerintah daerah dalam rangka perwujudan MKPD 2010.

Untuk mencapai ikon kota pariwisata dunia, bukan suatu hal yang gampang. Meski infrastruktur telah siap namun masyarakatnya sendiri belum siap, apalah artinya semuanya. Karena itu dukungan masyarakat kota Manado juga sama pentingnya dengan dukungan pemerintah daerah. Pola pikir masyarakat perlu mulai bergeser yaitu sebagai masyarakat yang maju dan berkembang seperti di kota-kta wisata lainnya. Tidak cukup hanya merasa bangga saja memiliki identitas sebagai masyarakat kota Manado, namun juga harus memiliki integritas yaitu daya juang, tanggung jawab, disiplin dan karakter yang positif dalam membangun kota Manado, sehingga tercipta citra baik yang pada akhirnya dapat mewujudkan potensi dan impian. Dengan demikian bukan sesuatu yang mustahil kota Manado bisa menjadi kota pariwisata dunia tahun 2010 mendatang. Selamat Datang MKPD 2010 ! Ingat 5 B, Boulevard, Bunaken, Bubur Manado, Bibir Manado, tapi jangan sampai Bangkrut !

Selasa, Maret 04, 2008

'Hidupkan' KB Lewat Media Komunikasi

Wafatnya mantan presiden Soeharto, 27 Januari 2008 lalu membuat banyak stasiun televisi menyiarkan catatan sejarah dari beliau. Salah satu yang sempat saya tonton, adalah saat beliau berhasil dengan program Keluarga Berencana (KB) di tahun 70-an. Program yang terkenal dengan slogan ’Cukup Dua Anak Saja’ ini berhasil menekan angka kelahiran penduduk sehingga dapat mengendalikan laju pertumbuhannya. Mengapa waktu itu program KB ini sangat sukses?

Saat itu program KB cukup berhasil,salah satunya karena sosialisasi program ini sangat getol disiarkan oleh media massa dan media komunikasi lainnyaSaat ini sosialisasi KB tidak lagi segencar dulu. Kalau dulu ditahun 70-an, iklan layanan masyarakat tentang KB sangat sering disiarkan baik itu melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, baliho-baliho di jalan, sampai pada lempengan uang Rp 5,- tertera gambar pasangan ayah dan ibu serta 2 orang anak mereka. Saya masih ingat waktu SD diakhir tahun 70-an, Lagu ’kebangsaan’ KB selalu terdengar melalui radio dan televisi. Bahkan sangking seringnya mendengar lagu itu, sampai saat ini saya masih ingat irama lagunya meski syair-syairnya sudah tidak hafal. Jaman sekarang, apa anak SD tahu lagu itu? Saya yakin sama sekali tidak, yang mereka tahu hanya lagunya kelompok band Ungu, Peterpan, Samsons dll. Karena hanya itu yang mereka sering dengar. Kini sosialisasi semacam itu sudah jarang ditemui. Kalaupun ada iklan alat kontrasepsi seperti kondom, hal itu lebih ditujukan untuk pencegahan penyakit menular yang berbahaya seperti HIV/AIDS. Mungkin di era tahun 70-an media yang ada TVRI dan RRI yang adalah milik pemerintah sehingga iklan-iklan pemerintah seperti KB dapat dengan mudah disiarkan. Sedangkan jaman sekarang, media swasta makin banyak, butuh dana yang tidak sedikit untuk mengiklankannya di media-media tersebut.

Padahal kenyataan saat ini, meski pembangunan sedang berjalan, namun ketimpangan ekonomi di berbagai sektor masih saja terjadi. Kemiskinan sangat dekat dengan berjuta orang di negeri ini. Pengangguran setiap tahun makin bertambah, pengemis, anak jalanan dan gelandangan juga makin banyak, namun tidak mampu ditangani dengan tuntas oleh pemerintah. Pendidikan yang dipercaya dapat mengangkat bangsa ini dari kemiskinan juga biayanya semakin hari semakin melambung, yang hanya terjangkau oleh kalangan ekonomi menengah keatas. Akibatnya banyak remaja yang tidak bisa melanjutkan sekolah mereka dan memilih menikah serta mempunyai banyak anak tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan anak-anak mereka sebagai generasi penerus 20 tahun mendatang. Sehingga pertumbuhan dan kepadatan penduduk sulit dikendalikan. Apalagi saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 253 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,3% pertahun. Bisa dibayangkan pertumbuhan penduduk Indonesia terbilang sangat cepat. Dari data BPS menunjukkan penduduk usia belum bekerja (0-18 tahun) lebih banyak dibanding usia produktif (yang sudah bekerja). Hal ini mengakibatkan beban ekonomi semakin berat. Sehingga wajar terjadi ketimpangan ekonomi dan masalah sosial pada penduduk. Inilah yang terjadi di negara kita. Padahal Menteri Kependudukan Nasional dan Komisi Keluarga Berencana China, Zang Weiging mengaku bahwa negaranya pernah belajar dari Indonesia pada tahun 70-an soal program KB yang dinilai sukses dalam menekan angka kelahiran. Namun Sekarang justru sebaliknya, negara kita harus belajar dari China, yang dulu adalah murid. Kenyataan ini membutuhkan dihidupkannya kembali kejayaan program KB yang salah satunya dalam bentuk sosialisasi di berbagai media komunikasi.

Mengapa saya mengatakan melalui media komunikasi ? Karena kalau hanya melalui media massa, maka itu berarti hanya tugas pemerintah semata dalam hal ini BKKBN yang mungkin dalam melaksanakan program-program yang berhubungan dengan KB bekerjasama dengan media massa. Tapi kalau melakukan sosialisasi dengan menggunakan media komunikasi, maka setiap kita rakyat biasa juga bisa mempunyai andil untuk itu. Misalnya saja dengan membuat blog yang berisi tentang tulisan-tulisan seputar KB yang bisa juga disebarkan di milis-milis rekan-rekan kita atau apalah yang bisa menunjang sosialisasi program KB. Namun sekali lagi sosialisasi melalui media massa seperti radio, televisi dan surat kabar sangat penting, karena hanya melalui media tersebut dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok. Sedangkan sesuai kemajuan globalisasi, sosialisasi melalui media baru seperti internet juga sangat diperlukan yang bisa menjangkau masyarakat lapisan menengah ke atas yang notabene sudah menggunakan media ini sebagai sumber informasi dan komunikasi.

Tugas mengkampanyekan keluarga berencana bukan semata tugas pemerintah, namun tugas kita bersama. Tugas dan peran perempuan dan laki-laki. Karena meski pemerintah mencanangkan keuarga kecil bahagia, tapi jika tidak dilaksanakan oleh masyarakatnya, maka hal itu hanya menjadi wacana belaka. Karena itu yang perlu dilakukan bersama adalah ’hidupkan’ kembali program KB ini melalui sosialisasi dan kampanye melalui media komunikasi. Supaya program ini kembali mendarah daging dalam jiwa bangsa ini. Karena keberhasilan program KB adalah merupakan keberhasilan pembangunan ekonomi bangsa. Keberhasilan ekonomi bangsa adalah keberhasilan mensejahterahkan keluarga. Dan Keberhasilan mensejahterahkan keluarga adalah indikator sebuah negara yang makmur. Mari, Hidupkan Kembali KB !

Selasa, Februari 05, 2008

Radio di Wilayah Kepulauan

Suatu hari saya berkesempatan ke kota Tahuna, ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe। Dalam perjalanan menuju kesuatu tempat di kota itu, angkutan kota yang saya tumpangi singgah di sebuah terminal untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke jurusan lain। Di terminal itu saya mendengar sebuah siaran radio yang memang sengaja di ’udara’kan melalui sebuah corong besar yang ditempatkan di tengah-tengah terminal. Saya mencoba menyimak, siaran apa gerangan yang disiarkan secara umum ini kepada masyarakat. Saya mencoba menebak, sepertinya radio siaran Radio Republik Indonesia (RRI)। Ketika saya mencoba bertanya kepada sesama penumpang angkutan, ia membenarkan kalau siaran itu memang RRI. Wah hebat benar kalau ada siaran radio yang disiarkan secara umum apalagi di tempat-tempat umum seperti terminal. Tentu berbagai informasi dan hiburan dengan cepatnya dapat sampai kepada masyarakat. Begitu pikirku.

”Animo masyarakat memang sangat tinggi untuk mendengarkan siaran RRI. Apalagi kita sengaja melibatkan masyarakat umum untuk ikut berpartipasi dalam beberapa program acara RRI. Sehingga masyarakat secara tidak langsung merasa memiliki radio siaran ini.” begitu penjelasan Bapak Drs. Salman, Kepala RRI Tahuna kepada saya saat saya berkesempatan mampir di ruang kerjanya di Tahuna untuk menanyakan hal di atas. ”Kami disini banyak melibatkan pendengar secara aktif,” lanjut Salman, ”seperti para budayawan, orang-orang yang sangat dikenal masyarakat, sanggar-sanggar pemuda dan lain-lain. Dengan menggunakan bahasa setempat tentunya isi pesan yang akan disampaikan pada masyarakat sangat mudah diterima sampai ke pelosok desa sekalipun termasuk sampai ke pulau-pula.”


Hampir serupa dengan Salman, Berty Patras pimpinan radio Sumber Kasih di kota Tahuna juga mengatakan, bahwa siaran radio di wilayah kota Tahuna atau di kabupaten kepulauan Sangihe secara umum masih sangat dominan didengar. ”Karena itu kami sengaja mengambil frekuensi AM agar jangkauan siaran lebih jauh hingga mayarakat yang tinggal di kepulauan juga bisa menikmati.”

”Ya wajarlah kalau radio masih menjadi pilihan pendengar di kabupatn Sangihe, karena di kabupaten ini hanya ada 3 (tiga) radio siaran saja. Dan semuanya hanya berpusat di kota. Karena itu ketiga radio ini baik radio swasta maupun milik pemerintah berupaya agar siarannya bisa menjangkau sampai ke kecamatan-kecamatan yang letaknya di pulau-pulau.” penjelasan ini saya dapatkan dari Pimpinan radio swasta lainnya yaitu Radio Star FM Tahuna, Benny Papendang.

Setali tiga uang dengan kota Tahuna, kota Sorong yang sempat kukunjungi beberapa waktu lalu juga memiliki gambaran wilayah yang sama. Kota ini juga memiliki beberapa kecamatan yang berada di kepulauan. Kedua wilayah yang Ini merupakan gambaran geografis yang terdiri dari pulau-pulau. Dan kota ini hanya terdapat dia radio siaran saja. Dulu kabarnya radio siaran di kota ini cukup banyak, namun karena masalah perizinan yang tidak cukup memadai, beberapa radio harus ’gugur’ karena ditindak oleh yang ber’wajib’. Namun apakah animo masyarakat terhadap siaran radio juga sama antara Sangihe dan Sorong?

”Masyarakat Sorong memiliki animo yang sangat tinggi terhadap radio siaran. Apalagi siaran RRI yang jangkauannya sampai ke pulau-pulau seperti kabupaten Sorong, Raja Ampat dan lain-lain. Sehingga radio masih menjadi alternatif hiburan dan sumber informasi.” begitu jawaban Rusdiman Saragih, SE, kepala RRI Sorong, saat saya bertanya tentang animo masyarakat terhadap radio. Ternyata jawaban yang sama juga diberikan oleh Niken Florence, Marketing Manager Radio El Marko Sorong. ”Ya, radio itu kan media yang cepat diterima siarannya, sehingga dengan cepat juga msyarakat dapat memperoleh berbagai informasi dan hiburan. Tidak heran kalau media ini menjadi aternatif pilihan masyarakat.”

Dari perbincangan dengan segelintir ’orang-orang radio’ yang saya temui di dua kota berbeda namun memiliki letak geografis yang hampir sama ini (terdiri dari pulau-pulau) ternyata jawaban mereka hampir sama semuanya, yaitu masyarakat yang tinggal di wilayah kepulauan memiliki animo yang cukup tinggi untuk mendengarkan siaran radio. Saya mencoba menganalisa, mengapa radio siaran mampu mengalahkan media massa lainnya seperti televisi, surat kabar, majalah atau bahkan media teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang sudah sangat banyak di pakai orang yaitu internet?

Yang pertama, letak wilayah yang terdiri dari pulau-pulau yang membuat media radio merupakan media yang paling efektif untuk menjangkau masyarakat yang tinggal dan menetap di wilayah kepulauan. RRI dan juga beberapa radio swasta yang memiliki jalur frekuensi AM sangat efektif menjangkau masyarakat yang berada di daerah terpencil sekalipun termasuk di pulau-pulau Kalau di Kabupaten Sangihe sampai ke pulau Marore, Miangas bahkan sampai ke kabupaten kepulauan Talaud. Dan kalau di kota Sorong sampai ke kepulauan Raja Ampat dan pulau-pulau disekitarnya. Karena memang frekuensi AM mempunyai daya jangkauan siaran yang lebih jauh dibanding FM. Sifat radio yang cepat, mudah, dan tidak mahal ini juga mendukung masyarakat kepulauan memilih media ini sebagai sumber informasi dan hiburan. Coba bayangkan, kalau di kota Tahuna, keberadaan media surat kabar harus menempuh perjalanan lewat lautan selama satu malam dari kota Manado ke Tahuna. Sehingga surat kabar hari ini akan dibaca kesokan harinya. Ini berarti masyarakat sudah ketinggalan informasi selama 24 jam lebih, alias berita sudah ’basi’ baru sampai ke tangan masyarakat. Begitu juga dengan wilayah Sorong, untuk sampai ke pulau-pulau seperti di Raja Ampat, harus menggunakan speedboat dengan menghabiskan waktu berjam-jam dengan biaya yang sangat mahal.

Media televisi boleh dikatakan agak lebih beruntung di banding surat kabar dan majalah, meski siaran televisi sudah bisa menjangkau kota-kota di kabupaten, namun beberapa siaran dari stasiun televisi swasta baru bisa diperoleh dengan menggunakan antena parabola yang tentu tidak semuanya dimiliki oleh masyarakat, apalagi yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Internet ? Boro-boro .....! Di ibukota kabupaten saja seperti Tahuna, hanya memiliki dua warnet itu pun dikelolah oleh pemerintah setempat dan sebuah sekolah, sedangkan yang dikelolah oleh pihak swasta sama sekali tidak ada. Itupun yang memanfaatkannya hanya orang-orang pendatang dari luar kota Tahuna, sementara penduduk setempat sangat jarang memanfaatkannya. Itu baru di ibukotanya bagaimana kalau di pulau-pulau?

Kedua, karena di wilayah kepulauan jumlah radio siaran masih sangat minim, sehingga masyarakat benar-benar memanfaatkan radio siaran yang ada sebagai media hiburan dan informasi.
Ketiga, radio-radio siaran di wilayah kepulauan banyak menyiarkan program-program acara yang sangat menyentuh masyarakat pendengarnya yang boleh dikata masih sederhana dan tradisional seperti acara-acara dengan menggunakan bahasa daerah setempat dan lagu-lagu daerah. Sehingga informasi yang penting untuk disampaikan seperti kebijakan pemerintah setempat sangat mudah dipahami dan diterima masyarakat.
Apapun itu, dari catatan pengalaman berkunjung di dua tempat di atas, sungguh saya mendapatkan satu wawasan baru bahwa radio masih tetap unggul dibanding media lainnya. Karena itu pengembangan-pengembangan terhadap radio siaran harus mendapat prioritas utama dari pemilik radio maupun pemerintah. Baik itu pengembangan soal program acara-nya, sumber daya manusia-nya, perangkat keras-nya maupun pembangunan radio-radio baru dan lain-lain sangat perlu dipikirkan. Karena masyarakat harus tetap mendapatkan kesempatan untuk memilih informasi dan hiburan dari radio. Artinya dengan semakin banyaknya radio yang bertumbuh di kota-kota kecil dan beragamnya program acara membuat pola memikiran masyarakat juga akan semakin bertumbuh, karena dapat memilih dan memperoleh banyak informasi dan hiburan. Kalau boleh memimjam kata-kata mutiara sebuah siaran radio yang sangat terkenal seantero nusantara ’sekali mengudara, tetap di udara’, mungkin sangat cocok untuk menambah semangat bagi dunia siaran radio kita saat ini. Maju terus siaran radio di Indonesia !

Jumat, Januari 25, 2008

Pembajakan = Kriminal

‘Pembajakan atas Hak Cipta adalah Tindakan Kriminal’ demikian judul poster (surat) yang dikeluarkan Mabes Polri Badan Reserse Kriminal akhir tahun 2006। Surat yang berisi himbauan penanggulangan pembajakan hak cipta ini dikirim secara acak ke banyak perusahaan. Tujuannya adalah untuk sosialisasi anti pembajakan sekaligus peringatan sebelum ada tindakan sebagai upaya penegakan hukum. Surat ini dikeluarkan tentu karena adanya berbagai fakta bahwa pembajakan di negara ini sudah semakin parah. Sudah bukan rahasia lagi kalau di Indonesia disebut sebagai ‘surga pembajakan’.

Negara ini termasuk urutan tiga dunia tertinggi dalam soal pembajakan hak cipta. Mulai dari pembajakan CD audio dengan cara mendownload file dari internet sampai menggandakannya dalam bentuk kepingan CD untuk mencari keuntungan pribadi. Tidak sekedar file musik semata, game dan software dan film-film yang belum masuk bioskop pun dapat direkam pada CD dan ditonton pada player DVD. Jika sudah begitu apakah orang masih berminat menonton di bioskop? The Motion Picture Association of America (MPAA) sebuah lembaga pelindung film-film yang memiliki hak cipta menyebutkan kerugian total setiap tahunnya akibat aksi pembajakan diperkirakan mencapai 3 miliar US dollar atau sekitar Rp.27 triliun.

Dengan kemudahan mengakses internet maka semakin mudah dan gampang pula mendownload atau melakukan file sharing. Dengan cara ini materi-materi ilegal dengan seketika saja sudah ada didepan mata. Fakta ini menggambarkan pembajakan digital sangatlah mudah dan universal sehingga bagi kebanyakan orang (mungkin termasuk saya dan anda), aksi ini tidak terasa sebagai sebuah pencurian. Tanpa terasa pembajakan CD,VCD,DVD dan CD software sudah menjadi bagian dari negara ini. Bahkan penggunaan operating system versi Microsoft bajakan sudah mendarah daging bagi berbagai kalangan mulai dari pelajar/mahasiswa, pengusaha sampai pemerintah. Dengan harga yang jauh lebih murah, software bajakan tersebut dapat diperoleh.


Tahun 2003, Menteri Kehakiman dan HAM beserta Kapolri bekerja sama dalam pemberlakuan Undang-Undang Hak Cipta No.19 tahun 2002. Dan bersama departemen terkait ikut mensosialisasikan undang-undang ini. Sosialisasi pemerintah dalam pemberlakuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terus dijalankan. Langkah pemberantasan pembajakan oleh pemerintah ini juga dibuktikan dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Indonesia dengan PT. Microsoft Indonesia. Pemerintah diwakili oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), yang saat itu masih dijabat oleh Sofyan Djalil (kini menteri BUMN), sementara Microsoft diwakili Chris Atkinson selaku Presiden Microsoft South East Asia, 14 Nopember 2006. MoU ini sebagai upaya melegalkan seluruh software Microsoft yang dipakai dijajaran pemerintahan. Ada yang berupa grant tetapi ada pula yang harus dibeli oleh pemerintah Indonesia. Dalam lampiran MoU ini tertera bahwa Microsoft memberikan grant Microsoft Windows dan Microsoft Office sebanyak masing-masing 266.220 lisensi. Dalam MoU ini pula pemerintah Indonesia juga akan membeli Microsoft Windows sebanyak 35.496 lisensi dan Microsoft Office sebanyak 177.480 lisensi, namun tidak disebutkan harga per lisensinya, karena masih akan dinegosiasikan. Dan jika MoU ini berjalan mulus, maka pemerintah harus membayar ke Microsoft mulai 30 Juni 2007. MoU ini sebagai wujud menghargai Intelectual Property Right (IPR) atau HKI. Dan yang diinginkan pemerintah adalah melegalkan semua piranti lunak yang digunakan pemerintah, Legal tersebut bisa melalui Open Source atau freeware lainnya atau melalui Microsoft. Disisi lain pemerintah dalam hal ini kementerian Riset dan Teknologi juga telah membangun local based solution dengan IGOS (Indonesia Goes Open Source) yang terus akan dikembangkan karena merupakan sebuah proses untuk membangun kemampuan jangka panjang. Dengan open source ini siapa saja bisa mendownload, menyalin dan menyebarluaskan dengan bebas.

Setelah lingkungan pemerintah bersih dari pembajakan software maka langkah selanjutnya pemerintah bekerja sama dengan aparat kepolisian akan lebih agresif melakukan penertiban dan penindakan di kantor-kantor swasta dan masyarakat umum. Namun meski pemerintah telah gencar melakukan proses anti pembajakan, namun tidak serta merta pembajakan di Indonesia makin berkurang. Justru permintaan akan software bajakan hingga kini makin tinggi. Lihat saja software-software bajakan masih saja dijual bebas di pasaran secara terang-terangan dan ramai dikunjungi orang. Meski sekali-kali ada sweeping CD bajakan oleh aparat keamanan, namun itu tidak membuat software bajakan ini berkurang atau bahkan hilang dari pasaran. Hal ini juga disebabkan karena harga software original yang relatif mahal ditambah kesadaran masyarakat yang kurang, apalagi ini justru banyak di kalangan intelektual.

Saat ini pembajakan di Indonesia belum dapat diminimalkan apalagi dihapus dengan sekejap mata, masih diperlukan waktu bertahun-tahun lagi agar angka pembajakan menurun. Tanpa adanya kesadaran dari berbagai pihak terutama kalangan intelektual, maka pembajakan akan terus mengakar dalam bangsa ini. Yang bisa bisa menjadi solusi untuk tidak membajak yaitu satu membeli software secara murah dengan melakukan pendekatan kepada vendor misalnya dengan menggunakan lisensi pendidikan. Solusi ke dua, menggunakan program linux dan solusi ke tiga melakukan migrasi ke Open Source. Dengan demikian kita tidak disebut-sebut sebagai kriminal.

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'