Selasa, Februari 05, 2008

Radio di Wilayah Kepulauan

Suatu hari saya berkesempatan ke kota Tahuna, ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe। Dalam perjalanan menuju kesuatu tempat di kota itu, angkutan kota yang saya tumpangi singgah di sebuah terminal untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke jurusan lain। Di terminal itu saya mendengar sebuah siaran radio yang memang sengaja di ’udara’kan melalui sebuah corong besar yang ditempatkan di tengah-tengah terminal. Saya mencoba menyimak, siaran apa gerangan yang disiarkan secara umum ini kepada masyarakat. Saya mencoba menebak, sepertinya radio siaran Radio Republik Indonesia (RRI)। Ketika saya mencoba bertanya kepada sesama penumpang angkutan, ia membenarkan kalau siaran itu memang RRI. Wah hebat benar kalau ada siaran radio yang disiarkan secara umum apalagi di tempat-tempat umum seperti terminal. Tentu berbagai informasi dan hiburan dengan cepatnya dapat sampai kepada masyarakat. Begitu pikirku.

”Animo masyarakat memang sangat tinggi untuk mendengarkan siaran RRI. Apalagi kita sengaja melibatkan masyarakat umum untuk ikut berpartipasi dalam beberapa program acara RRI. Sehingga masyarakat secara tidak langsung merasa memiliki radio siaran ini.” begitu penjelasan Bapak Drs. Salman, Kepala RRI Tahuna kepada saya saat saya berkesempatan mampir di ruang kerjanya di Tahuna untuk menanyakan hal di atas. ”Kami disini banyak melibatkan pendengar secara aktif,” lanjut Salman, ”seperti para budayawan, orang-orang yang sangat dikenal masyarakat, sanggar-sanggar pemuda dan lain-lain. Dengan menggunakan bahasa setempat tentunya isi pesan yang akan disampaikan pada masyarakat sangat mudah diterima sampai ke pelosok desa sekalipun termasuk sampai ke pulau-pula.”


Hampir serupa dengan Salman, Berty Patras pimpinan radio Sumber Kasih di kota Tahuna juga mengatakan, bahwa siaran radio di wilayah kota Tahuna atau di kabupaten kepulauan Sangihe secara umum masih sangat dominan didengar. ”Karena itu kami sengaja mengambil frekuensi AM agar jangkauan siaran lebih jauh hingga mayarakat yang tinggal di kepulauan juga bisa menikmati.”

”Ya wajarlah kalau radio masih menjadi pilihan pendengar di kabupatn Sangihe, karena di kabupaten ini hanya ada 3 (tiga) radio siaran saja. Dan semuanya hanya berpusat di kota. Karena itu ketiga radio ini baik radio swasta maupun milik pemerintah berupaya agar siarannya bisa menjangkau sampai ke kecamatan-kecamatan yang letaknya di pulau-pulau.” penjelasan ini saya dapatkan dari Pimpinan radio swasta lainnya yaitu Radio Star FM Tahuna, Benny Papendang.

Setali tiga uang dengan kota Tahuna, kota Sorong yang sempat kukunjungi beberapa waktu lalu juga memiliki gambaran wilayah yang sama. Kota ini juga memiliki beberapa kecamatan yang berada di kepulauan. Kedua wilayah yang Ini merupakan gambaran geografis yang terdiri dari pulau-pulau. Dan kota ini hanya terdapat dia radio siaran saja. Dulu kabarnya radio siaran di kota ini cukup banyak, namun karena masalah perizinan yang tidak cukup memadai, beberapa radio harus ’gugur’ karena ditindak oleh yang ber’wajib’. Namun apakah animo masyarakat terhadap siaran radio juga sama antara Sangihe dan Sorong?

”Masyarakat Sorong memiliki animo yang sangat tinggi terhadap radio siaran. Apalagi siaran RRI yang jangkauannya sampai ke pulau-pulau seperti kabupaten Sorong, Raja Ampat dan lain-lain. Sehingga radio masih menjadi alternatif hiburan dan sumber informasi.” begitu jawaban Rusdiman Saragih, SE, kepala RRI Sorong, saat saya bertanya tentang animo masyarakat terhadap radio. Ternyata jawaban yang sama juga diberikan oleh Niken Florence, Marketing Manager Radio El Marko Sorong. ”Ya, radio itu kan media yang cepat diterima siarannya, sehingga dengan cepat juga msyarakat dapat memperoleh berbagai informasi dan hiburan. Tidak heran kalau media ini menjadi aternatif pilihan masyarakat.”

Dari perbincangan dengan segelintir ’orang-orang radio’ yang saya temui di dua kota berbeda namun memiliki letak geografis yang hampir sama ini (terdiri dari pulau-pulau) ternyata jawaban mereka hampir sama semuanya, yaitu masyarakat yang tinggal di wilayah kepulauan memiliki animo yang cukup tinggi untuk mendengarkan siaran radio. Saya mencoba menganalisa, mengapa radio siaran mampu mengalahkan media massa lainnya seperti televisi, surat kabar, majalah atau bahkan media teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang sudah sangat banyak di pakai orang yaitu internet?

Yang pertama, letak wilayah yang terdiri dari pulau-pulau yang membuat media radio merupakan media yang paling efektif untuk menjangkau masyarakat yang tinggal dan menetap di wilayah kepulauan. RRI dan juga beberapa radio swasta yang memiliki jalur frekuensi AM sangat efektif menjangkau masyarakat yang berada di daerah terpencil sekalipun termasuk di pulau-pulau Kalau di Kabupaten Sangihe sampai ke pulau Marore, Miangas bahkan sampai ke kabupaten kepulauan Talaud. Dan kalau di kota Sorong sampai ke kepulauan Raja Ampat dan pulau-pulau disekitarnya. Karena memang frekuensi AM mempunyai daya jangkauan siaran yang lebih jauh dibanding FM. Sifat radio yang cepat, mudah, dan tidak mahal ini juga mendukung masyarakat kepulauan memilih media ini sebagai sumber informasi dan hiburan. Coba bayangkan, kalau di kota Tahuna, keberadaan media surat kabar harus menempuh perjalanan lewat lautan selama satu malam dari kota Manado ke Tahuna. Sehingga surat kabar hari ini akan dibaca kesokan harinya. Ini berarti masyarakat sudah ketinggalan informasi selama 24 jam lebih, alias berita sudah ’basi’ baru sampai ke tangan masyarakat. Begitu juga dengan wilayah Sorong, untuk sampai ke pulau-pulau seperti di Raja Ampat, harus menggunakan speedboat dengan menghabiskan waktu berjam-jam dengan biaya yang sangat mahal.

Media televisi boleh dikatakan agak lebih beruntung di banding surat kabar dan majalah, meski siaran televisi sudah bisa menjangkau kota-kota di kabupaten, namun beberapa siaran dari stasiun televisi swasta baru bisa diperoleh dengan menggunakan antena parabola yang tentu tidak semuanya dimiliki oleh masyarakat, apalagi yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Internet ? Boro-boro .....! Di ibukota kabupaten saja seperti Tahuna, hanya memiliki dua warnet itu pun dikelolah oleh pemerintah setempat dan sebuah sekolah, sedangkan yang dikelolah oleh pihak swasta sama sekali tidak ada. Itupun yang memanfaatkannya hanya orang-orang pendatang dari luar kota Tahuna, sementara penduduk setempat sangat jarang memanfaatkannya. Itu baru di ibukotanya bagaimana kalau di pulau-pulau?

Kedua, karena di wilayah kepulauan jumlah radio siaran masih sangat minim, sehingga masyarakat benar-benar memanfaatkan radio siaran yang ada sebagai media hiburan dan informasi.
Ketiga, radio-radio siaran di wilayah kepulauan banyak menyiarkan program-program acara yang sangat menyentuh masyarakat pendengarnya yang boleh dikata masih sederhana dan tradisional seperti acara-acara dengan menggunakan bahasa daerah setempat dan lagu-lagu daerah. Sehingga informasi yang penting untuk disampaikan seperti kebijakan pemerintah setempat sangat mudah dipahami dan diterima masyarakat.
Apapun itu, dari catatan pengalaman berkunjung di dua tempat di atas, sungguh saya mendapatkan satu wawasan baru bahwa radio masih tetap unggul dibanding media lainnya. Karena itu pengembangan-pengembangan terhadap radio siaran harus mendapat prioritas utama dari pemilik radio maupun pemerintah. Baik itu pengembangan soal program acara-nya, sumber daya manusia-nya, perangkat keras-nya maupun pembangunan radio-radio baru dan lain-lain sangat perlu dipikirkan. Karena masyarakat harus tetap mendapatkan kesempatan untuk memilih informasi dan hiburan dari radio. Artinya dengan semakin banyaknya radio yang bertumbuh di kota-kota kecil dan beragamnya program acara membuat pola memikiran masyarakat juga akan semakin bertumbuh, karena dapat memilih dan memperoleh banyak informasi dan hiburan. Kalau boleh memimjam kata-kata mutiara sebuah siaran radio yang sangat terkenal seantero nusantara ’sekali mengudara, tetap di udara’, mungkin sangat cocok untuk menambah semangat bagi dunia siaran radio kita saat ini. Maju terus siaran radio di Indonesia !

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'