Selasa, September 02, 2008

Tayangan Televisi,Lawan Atau Kawan Bagi Anak-Anak Indonesia ?

Bangsa yang maju sangat ditentukan oleh generasi penerus bangsa itu sendiri. Dan generasi penerus itu adalah anak-anak. Namun anak-anak akan sampai ke tahap itu jika dari dini apa yang mereka dengar, lihat dan rasa, ikut memberi andil bagi perkembangan anak-anak. Nah apakah media penyiaran khususnya televisi di Indonesia sudah menjamin dan menjawab masalah ini?

Masa kanak-kanak adalah masa dimana anak-anak berada alam golongan golden age yang merupakan masa penentuan masa depan anak untuk menjadi generasi yang sukses. Pada masa inilah apa yang anak-anak dengar, lihat dan rasakan akan sangat menentukan untuk pencapaian anak ke tahap itu. Karena itu tayangan-tayangan di media televisi seharusnya dapat memberikan peran penting bagi anak apalagi penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton televisi pada anak-anak usia sekolah dasar berkisar antara 30-35 jam seminggu, ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja. Dalam setahun, jumlah jam menonton televise ini mencapai lebih dari 1.600 jam. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah dasar negeri selama setahun yang hanya sekitar 740 jam untuk kelas rendah. Ini berarti waktu mereka banyak tersita untuk tayangan-tayangan televisi.

Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu mereka untuk menonton televisi akan mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Wajar saja hal ini bisa terjadi karena waktu mereka lebih sedikit untuk berinteraksi dengan orang lain dan termasuk habis waktu untuk mengerjakan PR diberikan oleh sekolah. Anak-anak akan menjadi lebih pasif dan tidak memiliki perhatian yang penuh terhadap pelajaran di sekolah sehingga membuat anak-anak sulit berkonsentrasi dan tidak berusaha keras untuk memecahkan masalah. Sementara hanya sedikit acara-acara televisi yang mengajarkan hal-hal penting seperti berhitung, membaca, ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah.

Dari sebuah survey yang dilakukan Metro TV terhadap 100 anak belum lama ini hasilnya menunjukkan bahwa 65 % menjawab sangat menyukai menonton acara Idola Cilik di RCTI. 30 % menjawab suka menonton Naruto (Global TV) dan 5 % menjawab si Entong (TPI). Aalasan mereka menonton idola cilik karena dianggap acara tersebut seru, lagu-lagunya trend, suara sang idola bagus-bagus dan anak-anak terpacu untuk bisa bernyanyi seperti idolanya. Sedangkan alasan mereka menyukai menonton Naruto karena mereka menilai cukup seru dengan adegan laganya. Disamping itu sosok Naruto dinilai lucu dan menggemaskan sehingga membuat anak-anak senang dan terhibur. Sedangkan film si Entong dinilai lucu. Menanggapi hal ini pengamat media, Arswendo Atmowiloto berpendapat, anak-anak yang menyukai acara Idola Cilik wajar saja, karena acara tersebut memang murni untuk menghibur pemirsa. Tetapi melihat anak-anak yang juga menyukai lagu-lagu yang dibawakan idola yang kebanyakan adalah lagu-lagu orang dewasa yang lagi trend saat ini membuat anak-anak juga dipaksa menerima syair-syair lagu yang belum saatnya mereka tahu atau tidak cocok untuk umur-umur seperti mereka. Sedangkan tayangan si Entong juga dinilai Arswendo sebagai tayangan yang kurang bisa mendidik dan tidak sehat. Karena tayangan ini memuat sisi religi namun sebaliknya ada juga sisi tayangan yang tidak masuk akal. Misalnya tiba-tiba ada sosok yang menjadi spiderman dll. Tayangan seperti ini membuat anak tidak bisa melihat mana hal yang fiksi dan mana nyata. Sehingga akan mempengaruhi anak dalam berperilaku dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dalam survey ini juga ditanyakan apakah dalam menyaksikan siaran televisi anak-anak didampingi orang tua meraka? Hasilnya menyebutkan 70% anak menjawab jarang sekali orangtua mereka mendampingi anak-anak dalam menonton televisi. Dengan alasan orang tua yang kerja dan jarang di rumah. Para orang tua baru ada di rumah sekitar jam 8 malam. Fenomena seperti ini memang sering terjadi di kota-kota besar dimana kedua orang tua bekerja. Sehingga hal yang sudah bisa jika anak-anak menonton sendiri tanpa didampingi oleh orang tua mereka. Padahal Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Don Bosco mengatakan bahwa sudah banyak sekali keluhan dari berbagai pihak yang masuk ke KPI tentang protes mereka terhadap tayangan-tayangan di televisi yang membahayakan bagi anak. Karena itu Don Bosco sangat berharap para orang tua tidak membiarkan anak mereka menonton televisi terlalu lama. Paling baik itu anak-anak menonton 1 – 2 jam saja dalam sehari. Dan lebih baik anak disuruh melakukan kegiatan lain seperti bermain dari pada hanya menonton televisi. Tentu hal ini harus dibicarakan bersama antara orang tua dan anak. Termasuk membicarakan tayangan apa yang bisa ditonton dan apa yang tidak bisa.

Pada media Kidia edisi Juni-Juli yang dikeluarkan Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang masuk dalam kategori ‘Aman’, ‘Hati-hati’ dan ‘Bahaya’ untuk anak. Tayangan televisi yang ‘Aman’ bagi anak, bukan hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga memberikan manfaat lebih misalnya, pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sekalipun aman, orangtua diimbau untuk mendampingi anak-anak menonton televisi. Contoh tayangan anak yang ‘Aman’ : Varia Anak (TVRI), Bocah Petualang, Laptop Si Unyil, Jalan Sesama, Cita-citaku, Si Bolang ke Kota, Buku Harian si Unyil (TRANS7), Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk! (TRANS TV), Dora The Explorer, Go! Diego Go!, Chalkzone, Backyardians (TV G) dan Masa Kalah Sama Anak-anak (TV One).

Sementara, tayangan yang masuk dalam kategori ‘Hati-hati’, adalah tayangan anak yang dinilai relatif seimbang antara muatan positif dan negatifnya. Seringkali, tayangan yang masuk kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar yang tidak mencolok. Contoh : Idola Cilik Seleb, Rapor Idola Cilik Seleb, Doraemon, Pentas Idola Cilik, Rapor Pentas Idola Cilik (RCTI), Casper, Harveytoon (TPI), Transformers (AN TV), Pokemon Series, Bakugan Battle Brawlers, Konser Eliminasi 6 AFI Junior (IVM), New Scooby Doo Movie (TRANS7), SpongeBob Squarepants, Avatar : The Legend of Aang, Carita De Angel (TV G).

Tayangan yang masuk dalam kategori ‘Bahaya’ merupakan tayangan yang mengandung lebih banyak muatan negatif, seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens. Sehingga, bukan lagi menjadi bentuk pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita. Tayangan dalam kategori ini, disarankan untuk tidak disaksikan anak. Contoh : Tom & Jerry, Crayon Sinchan (RCTI), Si Entong, Tom & Jerry, Si Entong 2 (TPI), Popeye Original, Oggy & The Cockroaches (AN TV), Detective Conan, Dragon Ball, Naruto 4 (INDOSIAR), Tom & Jerry (TRANS7), One Piece, Naruto (TV G).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada sekarang yaitu, pola menonton anak yang tidak sehat. Program tayangan televisi banyak yang tidak aman. Dan lemahnya peraturan bidang penyiaran dan penegakannya. Buktinya meski banyak tayangan yang masuk kategori berbayaha bagi anak, tapi toh masih saja disiarkan sampai saat ini. Karena itu untuk menjawab permasalahan ini, peran orang tua untuk pendampingan anak sangat diperlukan, disamping itu perlu dilakukan upaya bersama berbagai komponen masyarakat untuk mendesak dan mempengaruhi industri penyiaran agar lebih memperhatikan isi tayangan dan pola penyiaran yang memperhatikan perlindungan terhadap anak. Sehingga cita-cita menjadikan bangsa ini untuk maju dapat tercapai karena memiliki generasi penerus yaitu anak-anak yang ‘sehat’ dan cerdas.

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'