Kamis, Mei 12, 2011

Pemimpin Ideal vs Pemimpin Non Ideal

Seorang pemimpin selalu diharapkan baik, memperhatikan nasib karyawannya, disiplin, cerdas, motivator yang baik dan mampu mendelegasikan tugas dan bisa memanage setiap pekerjaan dengan baik pula. Tapi apakah ada pemimpin yang ideal seperti itu saat ini? Mungkin ada ya tapi entah di dunia anta beranta mana.

Setiap berganti pimpinan dalam sebuah instansi atau lembaga sekalipun itu sebuah negara, maka terlalu sering yang terjadi adalah pembandingan antara pemimpin yang lama dan yang baru. Maka yang terjadi adalah mencatat semua kelebihan dan kekurangan sang pemimpin. Kalau dulu si A, baik, gesit, motivator, cerdas dan perhatian kok sekarang di B kurang perhatian, tidak fokus, kurang memberikan semangat dan lain-lain. Mulai dibanding-banding satu sama lainnya. Teringat sekali waktu presiden Soeharto lengser tahun 1997. Kejatuhannya disertai dengan kecaman yang dasyat bahkan disertai pemberitaan yang sangat tidak berimbang dengan kasus korupsinya yang sudah menggurita. Soeharto kemudian digantikan oleh wakilnya Habibie yang hanya memimpin beberapa tahun saja. Dan setelah mencalonkan diri sebagai presiden di periode berikutnya, Habibie malah tidak terpilih. Yang menang dalam pemilu adalah Abdurahman Wahid alias Gusdur dan Megawati.

Waktu itu pastilah semua orang berharap inilah pemimpinyang ditunggu-tunggu rakyat Indonesia. Yang bisa membawa bangsa ini dari keterpurukan dari rezim orde lama pimpinan Soeharto. Tapi sekali lagi pemimpin yang satu ini 'dianggap' tidak mampu mempimpin Indonesia. Gusdur kemudian juga dipaksa mundur setelah menjabat sebagai presiden hanya beberapa tahun saja. Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh Megawati Soekarno Putri pada sisa waktu kepemimpinan Gusdur. Apakah masalah bangsa bisa teratasi setelah setelah dipimpin oleh seorang wanita yang juga keturunan presiden pertama Indoensia? Jawabannya ternyata tidak. Justru masalah semakin banyak dan rumit. Indonesia diperhadapkan masalah ekonomi TKI, teroris dan lain-lain. Rakyat tetap tidak puas. Buktinya dalam pemilu berikutnya Megawati dikalahkan oleh Soesilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla.

Tongkat kepemimpinan negara ini diharapkan berada pada pribadu yang tepat yaitu SBY dan JK. Tahun-tahun pertama kepemimpinan mereka, boleh dinilai cukup baik meski banyak masalah juga tidak serta merta dapat diselesaikan. Hingga pada tahun-tahun terakhir kepemimpinan mereka sudah mulai terlihat ketidakkompakan keduanya karena masing-masing akan mencalonkan diri sebagai presiden diperiode mendatang. Singgung menyinggung mulai dilakukan keduanya. Dua pemimpin yang sebenarnya diharapkan untuk solid dan memimpin bangsa ini kepada kemerdekaan sesungguhnya akhirnya pecah. Pemilu 2009 pun dimenangkan oleh SBY dan Boediyono dengan menyingkirkan JK dan wiranto diurutan terakhir. SBY pun melanjutkan tugasnya. Tapi lagi-lagi banyak masalah menghadangnya. Belum lagi masalah negara yang semakin complicated di tambah kasus korupsi yang makin mengakar dan banyaknya pihak-pihak yang ingin menjatuhkan SBY sebagai presiden maupun parpolnya.

Orang kemudian mulai membanding-bandingkan, seandainya kita masih dipimpin pleh Soeharto atau Habibie mungkin bangsa kita tidak akan menjadi begini. Bahkan orang mulai mencari figur-figur pemimpin yang dianggap bisa meneruskan kepemimpinan negara ini setelah SBY nanti. Tapi apakah betul figur-figur itu mampu memimpin sesuai dengan kehendak orang banyak? Jawabannya belum tentu juga. Karena sejarah sudah membuktikan tidak ada pimpinan negara ini yang benar-benar menjadi presiden dambaan semua rakyatnya. Atau mungkin cita-cita tersebut terlalu muluk dan hanya merupakan angan-angan belaka?

Bayangkan saja betapa rumitnya menjadi seorang pemimpin negara. Diperhadapkan dengan 1001 masalah bangsa, dicaci maki, dianggap tidak becus memimpin, diskenariokan untuk dijatuhkan atau digulingkan dan banyak lagi hal-hal yang harus dijalani. Segala prestasi positif terasa menjadi nilai O tertutupi dengan prestasi negatif. Itu pimpinan negara yang besar bagaimana kalau pimpinan instansi atau pada kelpompok paling kecil lagi rumah tangga. Tentulah harapan dan segala cita-cita digantungkan pada pemimpin ini. Hanya saja kembali pada sang pemimpin. Mampu menjadi pemimpin yang baik dengan segala standar yang diharapkan orang-orang yang dipimpinnya minimal mendekati ideal? Karena bagaimana pun seorang pimpinan toh hanyalah manusia biasa juga yang punya hal yang positif dan juga negatif. Asalkan hal yang negatif tersebut tidak melampaui batas toleransi dan standar nilai? Karena bagaimanapun semua orang yang dipimpin akan selalu berharap dipimpin oleh pemimpin yang baik dan tangguh dan ideal bukan oleh seorang pemimpin non ideal alias pecundang.

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'