Jumat, April 04, 2008

The City Of Blessing Go To MKPD 2010


Nyiur hijau, di tepi pantai, siar siur daunnya melambai…”, sepenggal bait lagu lama ini mungkin cocok dengan suasana daratan Sulawesi Utara. Bagi mereka yang sudah pernah berkunjung ke kota Manado, dengan menggunakan pesawat udara, pemandangan hamparan ribuan pohon kelapa yang tumbuh di sekitar kota ini pasti akan terlihat, beberapa saat ketika pesawat akan landing di bandara Sam Ratulangi. Sungguh, pertama kali melihat pemandangan itu, saya pun takjub dibuatnya. Tidak heran, kalau Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan ‘Bumi Nyiur Belambai’. Itu kesan pertama saat memasuki gerbang ibu kota Sulawesi Utara yang biasa disebut juga dengan 'The City Of Blessing'. Kesan selanjutnya?

Seorang teman saya yang bermukim di kota Manado pernah berkelakar, kalau ke kota Manado belum berkesan jika tidak merasakan/melihat 5 (lima) B. Karena penasaran, saya kemudian bertanya apa itu 5 B? Dia pun menjawab 1. Boelevard (daerah pinggir kota Manado yang terkenal dengan pantainya yang indah. 2. Bunaken (taman laut nasional yang indah, letaknya sekitar 1 jam perjalanan laut dengan menggunakan perahu sewaan). 3. Bubur Manado, sejenis makanan khas Manado yang terdiri dari bubur yang dicampur sayur-sayuran segar, disantap dengan dabu-dabu bakasang dan ikan cakalang atau ikan nike). 4. Bibir Manado (orang Manado dikenal suka bacirita=bercerita dengan materi cerita yang tidak habis-habisnya) dan yang ke 5 adalah Bangkrut. ”Hah? Bangkrut? Maksudnya?”Tanyaku. Temanku ini menjawab dengan logat Manado sambil setengah tertawa : “Bangkrut itu hanya istilah koa, yang artinya torang nya’ rasa itu doi so banya kaluar for makang, balanja dan baron. Karena di sini kote, depe makanan sadap-sadap ley, torang boleh tergodai no for berwisata kuliner, baron di tempat-tempat wisata gaga dan tantu balanja sovenir, kurang kage doi so abis. (Bangrut hanya istilah, yang artinya kita tidak akan merasakan mengeluarkan banyak uang untuk makan, belanja dan jalan-jalan. Karena disini makanannya enak-enak, kita pun bisa tergoda untuk berwisata kuliner, mengunjungi tempat-tempat wisata indah dan tentu berbelanja souvenir, tahu-tahu uang sudah habis).” Awalnya saya tidak percaya dengan point ke 5 ini, tapi lama-lama tinggal di Manado, baru kurasakan sendiri, “Benar juga kata temanku ini”.

Menjadikan Manado sebagai kota tujuan pariwisata memang sudah menjadi obsesi pemerintah daerah Sulawesi Utara, khususnya pemerintah kota Manado. Karena baru beberapa bulan menjabat sebagai Walikota Manado (tahun 2005 lalu), Jimmy Rimba Rogi dan Wakil Walikota A. Buchari langsung mencanangkan ‘Manado Kota Pariwisata Dunia (MKPD) 2010’. Program ini tentu tetapkan pemerintah daerah bukan tanpa alasan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan potensi pariwisata di kota Manado sehingga dapat diperhitungkan sebagai tujuan wisata dunia nantinya. Karena itu daerah ini sudah memiliki modal penunjang agar program tersebut bisa tercapai. Diantaranya, wilayah ini memiliki keindahan wisata alam yang sangat luar biasa seperti di Bunaken, disana orang bisa melakukan senam scuba dan snorkeling untuk menikmati taman laut yang terkenal dengan terumbu karangnya. Tempat lain yang menarik dikunjungi adalah Boelevard (tepi pantai), pulau Manado Tua, Danau Tondano, panorama Gunung Lokon, Gunung Klabat, Gunung Mahawu, Bukit Kasih di Kawangkoan, Vulcano Area di Tomohon, desa Agriwisata Rurukan, Batu Pina Betengan dan Waruga di Sawangan dan lain-lain. Sementara di pusat kota Manado memiliki objek dan daya tarik seperti di lapangan Tikala dengan pohon natalnya yang tinggi dan besar, Tugu Kota Tinutuan, Gedung Tua bersejarah (Minahasaraad), Gereja tua Sentrum dan Katedral, Klenteng Ban Hin Kiong (dibangun abad ke 19), Kampung-Kampung Tua dan lain-lain.

Modal kedua, daerah ini juga kaya dengan wisata seni dan budaya seperti berbagai tari (Maengket, Pisok, dan lain-lain), Musik Bambu, Kolintang, Budaya Masamper, Ampawayer, Katrili, Kabasaran, Cakalele, Mahzani dan lain sebagainya. Cendera Mata mulai dari bentuk kain tenunan Bentenan sampai kue-kue tradisional seperti Bagea, Kukis Kelapa, Cucur, Panada, Koyabu, Brudel, Lalampa, Nasi Jaha’, Nasi Kuning, Klapetar, Gohu, Cakalang Fufu, Ikan Roa, dan masih banyak lagi, juga menjadi ciri khas yang biasa dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke kota ini.
Disamping itu kota Tinutuan (nama lain kota Manado) ini juga sudah memiliki bandara udara berskala internasional yang terhubung langsung dengan kota-kota besar lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makassar dan Balikpapan. Selain itu juga mempunyai penerbangan langsung dari dan ke luar negeri seperti Singapura dan Davao, Philipina. Bandara ini juga termasuk kategori terbaik ketiga di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Hang Nadim, Batam. Begitupun alat transportasi laut melalui dermaga di Manado untuk kapal-kapal kecil, sedangkan untuk kapal-kapal PELNI, berlabuh di pelabuhan Bitung sekitar 40 km sebelah barat Manado. Untuk transportasi darat antar kota dan dalam kota juga lancar. Sehingga sangat memudahkan bagi warga Manado untuk bepergian. Dan modal terpenting yang dimiliki kota ini, adalah aman dan tenang. Tingkat kriminalitas di kota ini relatif rendah. Anak jalanan dan pengemis hampir tidak ada. Jika modal ini sudah dimiliki tentu siapa saja akan betah dan selalu rindu untuk kembali ke kota ini. Apalagi hal ini didukung dengan ciri masyarakat kota Manado (Minahasa) yang sangat terbuka dan mudah bergaul.
Namun modal tadi tidak berarti apa-apa jika tidak didukung oleh berbagai upaya pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencapai MKPD 2010. Apa saja yang sudah dan sedang dilakukan? Pemerintah provinsi dibawah pimpinan Gubernur SH. Sarundajang mempertegas kembali bahwa sektor pariwisata merupakan unggulan Sulawesi Utara selain sektor perikanan, pertanian, pengembangan SDM dan perdagangan internasional. Karena itu distribusi dana pengembangan di sektor pariwisata Sulawesi Utara mulai tahun 2006 mencapai Rp. 10 miliar lebih. Dan pemerintah provinsi juga menyiapkan rencana induk pariwisata yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam kurun 4 tahun terakhir ini pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan di kota Manado juga berkembang pesat seperti Mega Mal Manado, Manado Town Square, Boulevard Mall dan IT Centre Manado. Keempat pusat perbelanjaan ini berlokasi di jalan Piere Tendean atau yang dikenal dengan daerah Boulevard (ditepi pantai kota Manado). Sepertinya pemda setempat sengaja memusatkannya di Boulevard, sehingga para pengunjung pusat perbelanjaan langsung bisa menikmati keindahan pantai. Para investor juga memanfaatkan moment MKDP 2010 ini dengan membangun sejumlah hotel. Dan dua tahun terakhir ini pembangunan hotel dan penginapan terbilang meningkat. Tidak sebatas hotel saja, program pembangunan beberapa infrastruktur seperti landmark, jembatan, pelebaran jalan sudah dan sedang dalam proses.

Pembangunan infrastruktur ini juga diikuti dengan langkah kongkrit pemerintah daerah dengan program Jumpa Berlian (Jumat Pagi Bersih Lingkungan Anda). Program ini wajib diikuti oleh masyarakat kota Manado untuk membersihkan lingkugan sekitar tempat tinggal mereka setiap hari Jumat. Alhasil kota Manado meraih piala Adipura tahun 2007 lalu dengan kategori Kota Sedang Terbersih setelah sekitar 15 tahun kota ini termasuk terkotor dan semrawut. Selama 2 tahun terakhir ini juga pemerintah kota melakukan gebrakan pembersihan kota dari Pedagang Kaki Lima (PKL) liar yang berjualan di sejumlah tempat strategis. Meski mendapat perlawanan dari para PKL, namun akhirnya mereka dapat direlokasi. Semua ini sebagai point penting untuk masuk ke MKPD 2010.

Pembenahan aspek budaya juga dilakukan antara lain dengan menggairahkan kembali seni budaya kota Manado. Menurut walikota Manado, Jimmy Rimba Rogi ;”Pariwisata tanpa ditopang seni dan budaya, maka akan hambar rasanya.” Karena itu berbagai pelaksanaan festival dan pelatihan seni budaya sangat didukung oleh pemerintah kota. Mungkin masih banyak lagi hal-hal yang sedang diupayakan oleh pemerintah daerah dalam rangka perwujudan MKPD 2010.

Untuk mencapai ikon kota pariwisata dunia, bukan suatu hal yang gampang. Meski infrastruktur telah siap namun masyarakatnya sendiri belum siap, apalah artinya semuanya. Karena itu dukungan masyarakat kota Manado juga sama pentingnya dengan dukungan pemerintah daerah. Pola pikir masyarakat perlu mulai bergeser yaitu sebagai masyarakat yang maju dan berkembang seperti di kota-kta wisata lainnya. Tidak cukup hanya merasa bangga saja memiliki identitas sebagai masyarakat kota Manado, namun juga harus memiliki integritas yaitu daya juang, tanggung jawab, disiplin dan karakter yang positif dalam membangun kota Manado, sehingga tercipta citra baik yang pada akhirnya dapat mewujudkan potensi dan impian. Dengan demikian bukan sesuatu yang mustahil kota Manado bisa menjadi kota pariwisata dunia tahun 2010 mendatang. Selamat Datang MKPD 2010 ! Ingat 5 B, Boulevard, Bunaken, Bubur Manado, Bibir Manado, tapi jangan sampai Bangkrut !

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'