Rabu, Agustus 24, 2011

Komodo...oh Komodo ...

Beberapa saat setelah aku menginjakkan kaki ku di bandar udara Komodo, Labuhan Bajo...seperti biasa aku menyempatkan diri mengambil gambar dengan latar belakang nama bandar udara tersebut. Kegiatan ini selalu kulakukan hanya untuk mengkoleksinya, bahwa aku sudah sampai ke tanah itu. Tanah di bagian Barat Nusa Tenggara Timur. Kulangkahkan kaki ku keluar dari bandara setelah mengambil ranselku dari bagasi. Di ujung pintu keluar ada seorang pemuda menawariku jasa ojek. Akupun minta diantar ke hotel yang dekat dengan perkantoran pemerintah. Secara urusanku datang ke kota ini untuk mengurus beberapa surat di kantor tersebut. Hendrik nama pemuda itu yang akhirnya mengantarku menjelajahi kota Labuan Bajo yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Manggarai Barat provinsi Nusa Tenggara Timur.

Mangarai Barat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2003. Wilayahnya meliputi daratan Pulau Flores bagian Barat dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, diantaranya adalah Pulau Komodo, Pulau Rincah, Pulau Seraya Besar, Pulau Seraya Kecil, Pulau Bidadari dan Pulau Longgos. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah 9.450 km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas 2.947,50 km² dan wilayah lautan 7.052,97 km² memiliki jumlah penduduk sebanyak 221, 430 jiwa.

Wilayah Kabupaten Manggarai Barat terdiri dari Kecamatan Komodo (termasuk pulau-pulau di sekitarnya seperti Pulau Komodo, Rinca, Mules, Longos serta pulau-pulau kecil lainnya), Sano Nggoang, Lembor, Macang Pacar, Kuwus, Boleng dan Welak dengan luas wilayah 294,746 Ha. Luas daratan adalah 2.947,50 km2, sedangkan luas wilayah lautan adalah 6.052,50 km2. Di kecamatan Komodo inilah aku melakukan survey tentang literasi media masyarakat setempat. Kecamatan Komodo memiliki jumlah penduduk sebanyak 41,009 jiwa luas wilayah 121.980 Km2, terdiri dari daratan : 40.244,11, pulau 121.980 memiliki 14 Desa 2 Kelurahan.

Akes menuju lokasi ini yaitu dari Makassar menggunakan pesawat menuju Maumere-Kupang-Maumere-Labuan Bajo. Kecamatan Komodo berada di pusat kota Labuan Bajo. Namun masih banyak juga penduduk yang bekerja sebagai petani. Desa yang menjadi sampling adalah desa Gorontalo yang memiliki 6 dusun. Dan dipilih dusun 3 untuk penyebaran kuesioner responden karena memiliki jumlah penduduk paling banyak disbanding dusun-dusun lainnya, laitu sebanyak 1213 jiwa.
“Mengapa namanya desa Gorontalo pak?” tanyaku pada kepala desa.
“Konon kabarnya, orang-orang dari Gorontalolah yang pertama kali menempati lokasi disekitar ini.” Jawab pak Kades.
“Kalau nama Labuhan Bajo pak?Kalau tidak salah Bajo itu merupakan nama sebuah kampun di daerah Sulawesi Selatan.” Tanyaku lagi.
“Menurut cerita, orang-orang yang pertama berlabuh didaratan Manggarai adalah suku Bugis dari Bajo yang terkenal sebagai pelaut-pelaut ulung. Makanya kota ini diberinama kota Labuhan Bajo.”
“O…”

Kecamatan Boleng merupakan kecamatan kedua yang kukunjungi selama diManggarai Barat. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari kecamatan Komodo dengan jumlah penduduk sebanyak 16,556 jiwa. Akses menuju kecamatan Boleng dapat menggunakan perahu yang setiap hari menuju ke sana. Ada juga dengan menggunakan truk pengangkut bahan pangan dan BBM. Penduduk di kecamatan Boleng juga banyak bekerja sebagai petani. Jika menggunakan truk kita akan sampai ke tujuan 3 jam kemudian karena akses jalan yang rusak, ditambah perbaikan beberapa jembatan yang menjadi kendala lancarnya perjalanan. Di kecamatan ini memiliki 9 desa dan desa yang menjadi sampling dalam survei ini adalah desa Golo Sepang dimana jumlah penduduknya yang paling besar dibanding desa-desa lainnya. Aku memilih untuk mentumpangi truk sayur menuju ke desa Golosepang.

Dari hasil survey di dua kecamatan ini tergambar sangat minim akan kepemilikan media baik itu televisi, radio, telepon rumah, apalagi yang namanya komputer, internet maupun telepon seluler. Sehingga masyarakat di 2 kecamatan ini sangat tertinggal dalam hal perolehan informasi dari media massa. Namun untuk kepemilikan telepon selular masih lebih banyak dibanding kepemilikan media lainnya. Ini karena masyarakat menggunakan media tersebut untuk media untuk berkomunikasi dan memperlancar arus informasi. Miris juga ya...kabupaten Manggarai Barat terkenal dengan pulau Komodonya, dimana ada ribuan binatang langkah di dunia yg hidup disitu. Bahkan pulau ini juga masuk dalam 7 keajaiban dunia. Pulau yang selalu dipadati oleh wisatawan manca negara. Sayang daerah sekitarnya termasuk daerah yang miskin.

Aku bersiap-siap meninggalkan kota Labuhan bajo di pagi itu menuju Denpasar sambil berharap suatu saat akan kembali lagi ke tempat ini yang tentunya sudah lebih maju dari sekarang. Semoga....!(ij)


Selasa, Mei 24, 2011

MAN vs ANIMAL


Manusia vs hewan, mungkin judul itu tepat diberikan untuk tulisan ini. Bagaimana tidak banyak sekali kata-kata atau istilah atau simbol atau apapun itu diciptakan oleh manusia untuk menggambarkan tentang kehidupannya. Yang mau tidak mau, seolah-olah di identikkan dengan hewan. Ambil contoh buaya darat, malu-malu kucing, dan lainnya. Buaya darat misalnya adalah istilah yang diberikan pada lelaki hidung belang. Malu-malu kucing juga merupakan istilah yang ditujukan kepada orang yang suka malu-malu bagaikan kucing. Memangnya ada yang tahu bagaimana kucing kalau malu?

Adalagi si Kambing Hitam, adalah orang yang di korbankan dalam suatu perkara. Belum lagi sebutan ayam kampus, lintah darat, kumpul kebo, otak udang. Ada lagi istilah yang dipakai dalam lagu-lagu, seperti keong racun, kupu-kupu malam, semua diidentikan dengan perilaku manusia. Belum lagi dulu sempat heboh istilah cicak dan kadal yang diidentikkan dengan Polisi vs KPK. Masih menganalogikan dengan hewan.

Dan kalau dilihat semua, kata-kata tersebut lebih banyak mengandung unsur negatifnya ketimbang positifnya. Dalam pengertian bahwa perilaku manusia yang tidak baik dan cenderung negatif itulah yang selalu diidentikkan dengan nama hewan tertentu. Padalah kalau mau diruntut, bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna, memiliki akal dan diperintahkan untuk menguasai bumi dan segala isinya. Hewan, warga negara kelas dua yang diciptakan Tuhan di bumi ini tidak mempunyai akal sama seperti manusia.

Kalau begitu, jika manusia itu adalah makhluk sempurna dan mempunyai akal, artinya manusia tidak dapat dibandingkan dengan ciptaan lain seperti binatang yang tidak memiliki akal. Karena memang tidak sebanding. Tapi jika istilah-istilah tersebut memang khusus diciptakan untuk di'lekatkan' kepada manusia, artinya menandakan bahwa perilaku manusia sudah menyerupai hewan yang tidak berakal tersebut. Apa begitu? Semoga saja tidak dan itu hanya istilah belaka.

Gambar by : http://www.google.co.id/

Kamis, Mei 12, 2011

Pemimpin Ideal vs Pemimpin Non Ideal

Seorang pemimpin selalu diharapkan baik, memperhatikan nasib karyawannya, disiplin, cerdas, motivator yang baik dan mampu mendelegasikan tugas dan bisa memanage setiap pekerjaan dengan baik pula. Tapi apakah ada pemimpin yang ideal seperti itu saat ini? Mungkin ada ya tapi entah di dunia anta beranta mana.

Setiap berganti pimpinan dalam sebuah instansi atau lembaga sekalipun itu sebuah negara, maka terlalu sering yang terjadi adalah pembandingan antara pemimpin yang lama dan yang baru. Maka yang terjadi adalah mencatat semua kelebihan dan kekurangan sang pemimpin. Kalau dulu si A, baik, gesit, motivator, cerdas dan perhatian kok sekarang di B kurang perhatian, tidak fokus, kurang memberikan semangat dan lain-lain. Mulai dibanding-banding satu sama lainnya. Teringat sekali waktu presiden Soeharto lengser tahun 1997. Kejatuhannya disertai dengan kecaman yang dasyat bahkan disertai pemberitaan yang sangat tidak berimbang dengan kasus korupsinya yang sudah menggurita. Soeharto kemudian digantikan oleh wakilnya Habibie yang hanya memimpin beberapa tahun saja. Dan setelah mencalonkan diri sebagai presiden di periode berikutnya, Habibie malah tidak terpilih. Yang menang dalam pemilu adalah Abdurahman Wahid alias Gusdur dan Megawati.

Waktu itu pastilah semua orang berharap inilah pemimpinyang ditunggu-tunggu rakyat Indonesia. Yang bisa membawa bangsa ini dari keterpurukan dari rezim orde lama pimpinan Soeharto. Tapi sekali lagi pemimpin yang satu ini 'dianggap' tidak mampu mempimpin Indonesia. Gusdur kemudian juga dipaksa mundur setelah menjabat sebagai presiden hanya beberapa tahun saja. Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh Megawati Soekarno Putri pada sisa waktu kepemimpinan Gusdur. Apakah masalah bangsa bisa teratasi setelah setelah dipimpin oleh seorang wanita yang juga keturunan presiden pertama Indoensia? Jawabannya ternyata tidak. Justru masalah semakin banyak dan rumit. Indonesia diperhadapkan masalah ekonomi TKI, teroris dan lain-lain. Rakyat tetap tidak puas. Buktinya dalam pemilu berikutnya Megawati dikalahkan oleh Soesilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla.

Tongkat kepemimpinan negara ini diharapkan berada pada pribadu yang tepat yaitu SBY dan JK. Tahun-tahun pertama kepemimpinan mereka, boleh dinilai cukup baik meski banyak masalah juga tidak serta merta dapat diselesaikan. Hingga pada tahun-tahun terakhir kepemimpinan mereka sudah mulai terlihat ketidakkompakan keduanya karena masing-masing akan mencalonkan diri sebagai presiden diperiode mendatang. Singgung menyinggung mulai dilakukan keduanya. Dua pemimpin yang sebenarnya diharapkan untuk solid dan memimpin bangsa ini kepada kemerdekaan sesungguhnya akhirnya pecah. Pemilu 2009 pun dimenangkan oleh SBY dan Boediyono dengan menyingkirkan JK dan wiranto diurutan terakhir. SBY pun melanjutkan tugasnya. Tapi lagi-lagi banyak masalah menghadangnya. Belum lagi masalah negara yang semakin complicated di tambah kasus korupsi yang makin mengakar dan banyaknya pihak-pihak yang ingin menjatuhkan SBY sebagai presiden maupun parpolnya.

Orang kemudian mulai membanding-bandingkan, seandainya kita masih dipimpin pleh Soeharto atau Habibie mungkin bangsa kita tidak akan menjadi begini. Bahkan orang mulai mencari figur-figur pemimpin yang dianggap bisa meneruskan kepemimpinan negara ini setelah SBY nanti. Tapi apakah betul figur-figur itu mampu memimpin sesuai dengan kehendak orang banyak? Jawabannya belum tentu juga. Karena sejarah sudah membuktikan tidak ada pimpinan negara ini yang benar-benar menjadi presiden dambaan semua rakyatnya. Atau mungkin cita-cita tersebut terlalu muluk dan hanya merupakan angan-angan belaka?

Bayangkan saja betapa rumitnya menjadi seorang pemimpin negara. Diperhadapkan dengan 1001 masalah bangsa, dicaci maki, dianggap tidak becus memimpin, diskenariokan untuk dijatuhkan atau digulingkan dan banyak lagi hal-hal yang harus dijalani. Segala prestasi positif terasa menjadi nilai O tertutupi dengan prestasi negatif. Itu pimpinan negara yang besar bagaimana kalau pimpinan instansi atau pada kelpompok paling kecil lagi rumah tangga. Tentulah harapan dan segala cita-cita digantungkan pada pemimpin ini. Hanya saja kembali pada sang pemimpin. Mampu menjadi pemimpin yang baik dengan segala standar yang diharapkan orang-orang yang dipimpinnya minimal mendekati ideal? Karena bagaimana pun seorang pimpinan toh hanyalah manusia biasa juga yang punya hal yang positif dan juga negatif. Asalkan hal yang negatif tersebut tidak melampaui batas toleransi dan standar nilai? Karena bagaimanapun semua orang yang dipimpin akan selalu berharap dipimpin oleh pemimpin yang baik dan tangguh dan ideal bukan oleh seorang pemimpin non ideal alias pecundang.

Senin, Mei 09, 2011

Ada Namaku di Sebut ...

Tanpa sengaja aku membuka sebuah blog pribadi dengan nama Pandaendut's.Blog. Aku membaca satu artikel yang di tulis sang pemilik blog. Judulnya Minggu ke-6. Penasaran juga apa isi tulisan itu. Ternyata gak lain cerita tentang kehamilan sang penulis yang telah memasuki minggu ke 6. Yang istimewa dari tulisannya ini karena ada namaku disebut di sana. Sang menulis ternyata membeli satu bukuku diantara buku-buku lainnya di Gramedia tentang ibu hamil. Dia juga menulis sangat terbantu dengan adanya buku itu.

Aku sendiri ikut senang...ternyata karyaku dengan Ida Chyntia itu bisa berguna bagi orang lain juga. Cerita ini akan terus menginspirasikan ku untuk terus menulis. Supaya kehadiranku melalui tulisanku akan selalu menjadi hal yang berguna bagi orang lain.

Selasa, Mei 03, 2011

Stand by Your Man

Sore itu aku numpang mobil ibu Widya pulang ke rumah. Karena kebetulan arah rumah kami satu jalur. Sepanjang jalan ada satu lagu yang diulang-ulang terus oleh ibu Widya. Lagu itu sih tidak terlalu ku kenal, maklum dia termasuk lagu oldies tahun 60 an kayaknya. Itu ku terka saja dari musiknya. Musiknya bergenre country, agak ngebit namun enak di dengar. Sangking penasarannya aku bertanya:

"Kok direwind terus bu lagu itu? Emang lagu favoritnya ya?"
"Iya, aku suka musik dan kata-kata dalam syair lagu ini !" Jawab ibu Widya.
"Memangnya tentang apa sih syair lagu itu?"
"Susah juga ya dari tadi kamu dengar lagu ini tapi gak tau apa isinya?"
"Maklum bu syairnya bahasa Inggris...jadi gak familiar di telinga..."
"Payah listening dunk..."
" Hahahaha...betul-betul-betul. Btw...apa donk isinya bu?" Tanyaku lagi...
" Kalo gitu kita rewind lagi ya..!" Ibu Widya pun memencet tombol MP3 Player dimobilnya ke nomor lagu itu. Aku mencoba menyimak kata-katanya. Kalau tidak salah begini bunyinya :

Sometimes its hard to be a woman
Givin all your love to just one man
You'll have bad times and he'll have good times
Doing things that you dont understand

But if you love him you'll forgive him
Even though he's hard to understand
And if you love him
Oh be proud of him
Cause after all he's just a man

"O..o....o...dalam banget artinya buw...!"Tanyaku tanpa memperhatikan mata Ibu Widya yang mulai berkata-kata. Lama dia terdiam tanpa komentar, membuat ku menoleh ke arahnya. Ku lihat ada setitik air mata yang hampir jatuh di sudut matanya.
"Ibu kenapa?" tanyaku setengah kaget melihat reaksi melankolisnya.
"Gak pa pa Yan. Aku hanya tersentuh aja dengan kata-kata lagu-lagu ini. Itu yang membuat ku sedih." Ibu Widyapun menyeka matanya yang mulai basah, sambil tetap menyetir mobil. Aku baru teringat bahwa Ibu Widya sudah lama menjanda. Mungkin dia mengenang kembali masa-masa indahnya waktu bersama-sama dengan mantan suami dan anak-anak mereka sehingga menjadi melankolis.
"Bulan depan Zena menikah Yan." Cerita ibu Widya dengan suara serak.
"Iya bu, akhirnya menikah juga anak ibu. Itukan berita bahagia bu?kenapa ibu malah sedih?" Tanyaku semata-mata hanya untuk membuatnya tidak terlalu sedih.
"Betul katanya ibu muda. Hanya itu berarti aku harus bersanding dengan papanya Zena di pelaminan. Kami kan sudah lama berpisah dan tidak pernah saling berhubungan lagi. Hanya anak-anak yang terus berhubungan dengan dia."
"Jadi ibu merasa risih bersanding dengan beliau?" terka ku sekenanya.
"Tidak juga Yan...Hanya tidak terbiasa saja. Kami berpisah 20 tahun yang lalu ketika Zena masih berumur 5 tahun. Dan sejak itu kami tidak pernah berhubungan dan berkomunikasi lagi. Dulu waktu anak-anak masih kecil-kecil, bude dan pade mereka yang membantu mereka untuk bertemu dengan ayahnya. Tapi sejak anak-anak menginjak dewasa, mereka sudah bisa sendiri bertemu dengan ayah mereka."
"Itu berarti ini pertemuan pertama lagi setelah ibu berpisah?"Tanyaku lagi.
"Iya Yan. Makanya lagunya Tammy Wynette ini sangat cocok buatku. Hahahah..."Ibu Widya tertawa renyah seakan melupakan kisah sedihnya.
"Lagu itu mengatakan bahwa Kadang-kadang sulit untuk menjadi seorang wanita, memberikan semua cintanya hanya untuk satu orang laki-laki. Wanita akan memiliki waktu buruk dan pria akan memiliki waktu yang baik. Sehingga kadang wanita melakukan hal-hal tidak dimengerti. Tetapi jika kau mencintainya maka kau akan memaafkannya. Meskipun dia sulit dimengerti. Tapi meski begitu kau dituntut untuk tetap berdiri di sampingnya. Stand by Your Man." Panjang lebar Ibu Widya menjelaskan makna lagu sekaligus menggambarkan isi hatinya. Aku kehabisan kata-kata untuk menimpali penjelasan ibu Widya. Aku pun tergerus untuk semakin menikmati bait-bait selanjutnya lagu itu,

Stand by your man
Give him two arms to cling to
And something warm to come to
When nights are cold and lonely

Stand by your man
And show the world you love him
Keep givin all the love you can
Stand by your man....

"Bu, aku turun disini bu !" Pintaku saat tiba di depan jalan masuk rumahku.
"Oya sudah sampai ternyata...." Ibu Widya kemudian menyetop mobilnya di pingir jalan. Aku mengucapkan terima kasih padanya sambil melambaikan tangan. Mobil itu berlalu meninggalkan deru asap yang menimpaku. Seorang seperti ibu Widya hanya satu dari sekian perempuan yang tetap tegar melalui kehidupan sebagai single parent. Semoga ia mampu tetap berdiri di samping ayah dari anak-anaknya saat Zena menikah nanti, meski hanya beberapa saat saja dan mungkin menyakitkan baginya tapi harus tetap dilakukannya. Berdiri disamping orang yang dicintainya sekaligus dibencinya karena telah memilih perempuan lain. Ya semoga....!

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'