Senin, Agustus 16, 2010

Doa Seorang Kaka



Ini kali ketiga Kaka bertemu dengan orang itu. Seorang pria paruh baya, dengan tubuh tidak terlalu tinggi, dan sedikit gemuk, sebagian rambutnya sudah beruban, warna kulitnya sawo matang. Dia begitu kebapakan dengan safari yang dikenakannya. Namanya Pak Olan.


“Kamu sudah pindah di kota ini ya Ka?” Tanya Pak Olan pada Kaka sesaat setelah mereka bertemu untuk yang ketiga kalinya.
“Iya Pak. Hampir setahun saya pindah pak.” Jawab Kaka.
Kaka menatap dalam wajah Pak Olan yang sudah Nampak keriput. Sepertinya tidak lama lagi orang yang berdiri di depannya ini memasuki masa pensiun. Kaka teringat beberapa tahun lalu saat ia melamar pekerjaan di perusahaan dimana sekarang ia bekerja, pak Olan merupakan salah satu dewan direksi yang akan mewawancarai Kaka untuk mengetahui kemampuan Kaka dalam bidang kerja yang dia lamar. Di situlah pertama kali Kaka bertemu dengan pak Olan. Wawancara itu berhasil Kaka lewati dengan hasil yang sangat memuaskan. Kaka diterima bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi tersebut. Waktu itu Pak olan belum terlalu tua seperti sekarang. Kali kedua, Kaka bertemu lagi dengan pak Olan pada saat dia mengikuti training selama 2 bulan di Jakarta. Waktu itu semua karyawan yang diterima bekerja diwajibkan mengikuti training.

“Kaka, kamu dicari tu tadi sama seorang bapak!” Kata Ida, teman kantor Kaka
“Seorang Bapak?”Tanya Kaka penuh selidik. Kaka tidak merasa mengenal seseorang di Jakarta. Apalagi memberitahu kepada orang lain kalau dia sedang mengikuti training di Jakarta.
“Iya tuh bapak yang pakai baju biru itu” tunjuk Ida ke arah orang yang dimaksud.
“Siapa ya?” Tanya Kaka lagi penasaran.
“Kalau tidak salah bapak itu yang interview kita waktu masuk kerja dulu” jelas Ida lagi.
“O...iya…aku ingat…itu Pak Olan.” Teriak Kaka sambil berlari berusaha memburu Pak Olan yang sudah hamper keluar dari ruangan.
“Pak! Pak!Pak Olan!” Teriak Kaka. Pak Olan pun menoleh sambil tersenyum.
“Bapak nyari saya?Saya Kaka pak!”
“Iya…saya memang ke sini sengaja untuk mencarimu Kaka.” Jelas Pak Olan lagi.
“Emang ada apa Pak?”Tanya Kaka penasaran. Sejak wawancara terakhir perekrutan karyawan dulu. Kaka tidak pernah lagi bertemu dengan Pak Olan. Dan tiba-tiba Pak Olan mencarinya. Ada apa gerangan?
“Tidak ada apa-apa, hanya saja saya ingin menyampaikan sesuatu kepadamu Ka.”
“Tentang apa Pak?”
“Bahwa bekerjalah semaksimal mungkin di perusahaan ini.” Kata Pak Olan sambil menyentuh bahu Kaka.
“Pastilah pak! Saya akan bekerja dengan baik disini. Apalagi saya sadar saya diterima di perusahaan ini diantara ribuan pelamar.Itu merupakan anugerah bagi saya Pak.”jelas Kaka.
“Kamu tahu nilaimu berapa saat lulus kemaren?”Tanya pak Olan.
“Wah…mana saya tahu Pak?Saya lolos disini saja, saya sudah bersyukur. Saya tidak pernah berpikir nilainya berapa.”
“Nilaimu tertinggi Kaka!” Kata pak Olan
“Apa kata Bapak?” Kaka terperanjan nyaris limbung
“Iya nilai kamu paling tinggi daris emua pelamar. Artinya kamu betul2-betul orang yang tepat untuk bekerja di perusahaan ini. Makanya bapak selalu pesan agar kamu bekerja dengan baik. Karena kamu memang sudah punya modal awal yang sangat menentukan.
“Apalah artinya nilai tinggi itu Pak?Toh semua yang diterima juga pintar dan cerdas pak?”Kaka berusaha merenda.
“Memang betul, tapi hasil itulah yang selalu menjadi patokan penilai untuk menerima seseorang bekerja di sebuah perusahaan.”
“Iya pak…pesan bapak saya akan selalu ingat.Terima Kasih pak !”

“Bagaimana rasanya setelah pindah di kota yang baru lagi” Pertanyaan Pak Olan membuyarkan lamunan Kaka seketika.
“Ya…asik juga pak, ada pengalaman baru” Jawab Kaka sekenanya.
“Masih ingat pesan bapak beberapa tahun lalu?tanya Pak Olan lagi.
“Masih Pak, saya akan selalu mengingatnya!”
“Syukurlah ! Ingatlah bahwa kau adalah satu dari yang terbaik untuk perusahaan ini. Jadi jangan sia-siakan apa yang kau sudah raih.Teruslah berbekerja dan berkarya dengan sebaik mungkin. Tunjukkanlah prestasimu. Dan iklaslah dalam bekerja. Lakukannya dengan penuh tanggung jawab yang tinggi semua apa yang menjadi kewajibanmu. Karena Tuhan sudah menempatkan kau di situ. Dari situ kau akan menemukan kenikmatan dalam bekerja.”
“Iya pak. Saya akan lakukan semampuku.”

Betul kata pak Olan, batin Kaka. Bahwa ia ada di dalam pekerjaan ini bukanlah sesuatu kebetulan, tetapi karena sudah direncanakan oleh Tuhan. Apalagi dengan nilai yang paling tertinggi di antara pelamar lainnya. Itu bukan hal yang boleh disepelekan. Tetapi menjadi hal yang harus diperhitungkan. Bahwa orang-orang yang terbaik yang ditempatkan di perusahaan-perusahaan terbaik, dan juga harus melaksanakan tanggungjawab yang juga yang terbaik. “Terima kasih Tuhan untuk pekerjaaan yang sudah dititipkan buatku. Terima kasih karena Tuhan sudah memberiku kesempatan untuk bekerja disini. Dan biarkan aku melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini, untuk bangsa ini, untuk Negara ini dengan seizin Tuhan.Amin” Itulah doa seorang Kaka….

Kumpulan Artikel

'........melihat, mengamati,merasakan, dan menuangkannya dalam tulisan.....'